Tampilkan postingan dengan label biography. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label biography. Tampilkan semua postingan

Selasa, 11 Maret 2025

Review Introduction Album Rise From Hell And Still Broke by NIKTIUOSGYORA

Artist profile : 

 Name :NIKTIUOSGYORA

 Occupation : Loose Musician

 About : This album is out of nowhere, I'm just fiddling with my android phone and as I become bored and this AI music app giving me ideas to make my own album. So pardon the lack of special features which is every musician have.


 
Download Whole Album here : 


If you like my work consider to buy me a coffe

Credits : 











Jumat, 20 Juni 2014

Seorang Imam Pun Bisa Jadi Metalheads

http://www.portalkbr.com/berita/seni/__icsFiles/afieldfile/2013/12/04/turki_rocker_ahmet_facebook.jpg

Kata dia, Islam menunjukkan sisi toleran terhadap seorang imam. Tuzer berencana ke New York pada Oktober mendatang untuk konser antar agama dengan musisi dari agama di luar Islam. Dream - Meski menjadi seorang imam di Turki, tak membuat Ahmet Muhsin Tuzer meninggalkan band rock yang dirintiskan. Menurutnya berdakwah dan bermusik adalah satu hal yang tidak bertentangan.
 

Sebelumnya apa yang dilakukan Tuzer menuai kontroversi. Departemen agama Turki melakukan penyelidikan selama sembilan bulan untuk memutuskan apakah genre musik band Tuzer sesuai dengan Islam atau malah permainannya menciptakan konflik dengan perannya sebagai imam, yang merupakan pos yang didanai pemerintah Turki

Hasilnya, departemen agama Turki memutuskan membiarkan Tuzer melanjutkan hobinya tersebut sebagai anggota 'Firock'. Grup band ini telah memadukan rock dengan musik sufi mistik.

"Saya sangat senang pemerintah Diyanet telah menunjukkan ke seluruh dunia bahwa agama kita memang toleran, bukan yang hanya melarang hal-hal indah," ujar Tuzer yang berada dari dusun kecil di pantai Mediterania Turki, Diyanet.

Imam 43 tahun ini juga pernah menjadi berita utama pada Agustus 2013 lalu. Untuk pertama kalinya Tuzer dan Firock 'manggung' di depan umum dalam sebuah festival lokal di kota kediamannya. Itu mengundang banyak penonton yang penasaran.

"Anda akan melihat seorang imam yang berbeda, baik dari segi penampilan dan gaya bicara," kata Tuzer.

Ia mengaku akan kembali menggelar konser di kota terdekat dari Finike, bulan depan. "Ini akan menjadi konser sangat besar. Kami berharap setidaknya 20.000 orang hadir," katanya.

Tuzer juga berencana ke New York pada Oktober mendatang untuk konser antar agama dengan musisi Kristen dan Yahudi. Kata dia, Islam menunjukkan sisi toleran terhadap seorang imam. "Ini menunjukkan Islam tidak radikai, damai, mencintai semua orang".

Kamis, 06 September 2012

TENGKORAK : The Legend is Back!


Pada akhir tahun 1993 Ombat, Danang, dan Yoyok membentuk band bernama
TENGKORAK. Dengan karakter music yang dipengaruhi oleh salah satu dari pionir band grindcore asal Inggris yaitu NAPALM DEATH. TENGKORAK awalnya terdiri dari empat orang: M. Hariadi ‘Ombat “Nasution(vokal), Danang Bhudiarto (Bass), Yoyok Radianto (Guitars), Denny Julianto (Drums).

Kemudian, Pada musim gugur 1994 Adam Mustofa bergabung menjadi gitaris di line up ini, TENGKORAK adalah band Grindcore pertama dengan sentuhan kematian brutal yang dirilis mini “Demo Tape” Album di Jakarta. Judul adalah “It’s a Proud to Vomit
Him ” mengandung dari 4 lagu yaitu:
Primitive Jokes, Aggression, The Grave
Torment dan Bencana Moral (sebuah lagu dalam bahasa Indonesia).
Setelah bermain beberapa pertunjukan
dalam mempromosikan rilis pertama, Adam berhenti karena sibuk dengan pekerjaan sehari harinya! Tetapi. band masih menetukan aturan main alias tetap berjalan, walau berjalan hanya dengan satu gitar, kepergian Adam tidak memberikan dampak minus pada musik Tengkorak!



Pada awal tahun 1997, TENGKORAK
mencoba untuk menyebarkan kaset hingga merchandise mereka yang ke seluruh dunia Metal dengan mengirimkan barang-barang mereka ke pedagang kaset, distro, band, majalah, label dan Siapa pun yang terlibat dalam scene Underground dan jaringan yang mereka rintis! Upaya ini membuat hasil yang baik, TENGKORAK telah menjual kaset demo mereka tidak hanya di
Indonesia tetapi juga di negara-negara lain di seluruh dunia. Setidaknya TENGKORAK membuktikan keberadaan band-band metal Indonesia! Hal ini dapat terjadi dengan bantuan besar distro, majalah, band dan semua jaringan pedagang indie label dari negara-negara lain hingga menembus USA, MALAYSIA, JEPANG, PERANCIS, REP CEKO., RUSSIA, LATVIA, SPAYOL, POLANDIA, BELARUSS, KANADA, SINGAPUR, INDIA, THAILAND, BELANDA, MEKSIKO, ITALIA, BRUNEI DARUSALAM dan sebagainya..

Anggota:
# OMBAT - Growl
# YOYOK - Guitar
# SAMIER - Guitar
# BUD’DUCK - Bass
# RONIE - Drums

ATTENTION !!!!

SINCE OUR BROKE UP A COUPLE MONTH AGO, MANY OF OUR FANS HAD SHOCK AND PROTEST TO US. THEY SAID TENGKORAK MUST RETURN TO PERFORM, EXPECIALLY WITH THE israel’s AGGRESSION TO PALESTINE RIGHT NOW WE NEED TO REUNIITE AGAIN TO RESPOND THEM, TO FULFILL OUR DESTINY…
JIHAD FISABILILLAH…

Selasa, 16 Agustus 2011

Biodata Iblis

devil
post image wordpress



Nama : Iblis

Gelar : Laknatullah 'Alaihi
(semoga Allah melaknatnya)

Lahir : Sebelum diciptakan
manusia

Tempat tinggal : Toilet dan
rumah yang tidak disebut
nama Allah ketika
memasukinya

Singgasana : Di atas air

Rumah masa depan : Neraka
Jahanam, seburuk-buruk
tempat tinggal

Agama : Kafir

Jabatan : Pimpinan Umum
orang-orang yang dimurkai
Allah dan sesat

Masa Jabatan : Hingga hari
Kiamat

Karyawan : Setan jin dan
setan manusia

Partner dalam bekerja :
Orang yang diam dari
kebenaran

Agen : Dukun dan paranormal

Musuh : kaum muslimin

Kekasih di dunia : Wanita yang hobi telanjang dan pamer aurat

Keluarga : Para thaghut

Cita-cita : Ingin membuat
semua manusia kafir

Motto : Kemunafikan adalah
akhlak yang paling utama

Hobi : Menyesatkan manusia
dan menjerumuskan ke dalam dosa

Lukisan kesayangan : Tato

Mata pencaharian : Mencari
harta yang haram

Makanan favorit : Bangkai
manusia (ghibah)

Tempat favorit : Tempat-
tempat najis dan tempat
maksiat

Tempat yang dibenci : Majlis
ilmu dan tempat-tempat
ketaatan

Alat komunikasi : ghibah
(menggunjing), namimah (adu domba) , dan dusta

Jurus Andalan :
1. Memoles kebathilan
2. Menamakan Maksiat
dengan nama yang indah
3. Menamakan Ketaatan
dengan nama yang tidak
disukai
4. Masuk melalui pintu yang
disukai manusia
5. Menyesatkan manusia
secara bertahap
6. Menghalang-halangi
manusia dari kebenaran
7. Berlagak sebagai penasihat

Kelemahan :
1. Tidak berkutik di hadapan
orang yang ikhlas
2. kewalahan menghadapi
orang yang berilmu
3. Lari dari suara adzan
4. Lari dari rumah yang
dibacakan al-Baqarah
5. Menyingkir dari orang yang
berdzikir kepada Allah
6. Menangis ketika melihat
orang bersujud kepada Allah

Diringkas dan diadaptasi dari
kitab 'Wiqayatul Insan minal
Jin wasy Syayaathin', karya
Wahid Abdus Salam Bali,
Oleh : Abu Umar Abdillah

Sabtu, 23 Juli 2011

Rock, Revolusi, dan Iwan Fals

iwan fals 07
image hosting


Perkembangan politik dalam
sebuah negeri tentu saja ikut
mempengaruhi perkembangan
sebuah scene dan iklim
bermusik para musisi di negeri
tersebut.
Sebut saja musisi Tanah Air
yang "vokal" menyuarakan
kegelisahan hati masyarakat
dan keadaan sosial politik
Tanah Air di masanya seperti
Iwan fals.
Lewat lagu-lagunya, ia
'memotret' suasana sosial
kehidupan Indonesia di akhir
1970-an hingga sekarang,
serta kehidupan dunia pada
umumnya, dan kehidupan itu
sendiri.
Kritik atas perilaku
sekelompok orang (seperti
Wakil Rakyat, Tante Lisa),
empati bagi kelompok
marginal (misalnya Siang
Seberang Istana, Lonteku),
atau bencana besar yang
melanda Indonesia (atau
kadang-kadang di luar
Indonesia, seperti Ethiopia)
mendominasi tema lagu-lagu
yang dibawakannya.
Selama Orde Baru, banyak
jadwal acara konser Iwan
yang dilarang dan dibatalkan
aparat pemerintah, karena
lirik-lirik lagunya dianggap
dapat memancing kerusuhan.
Pada awal kariernya, Iwan
Fals banyak membuat lagu
bertema kritikan pada
pemerintah. Beberapa lagu itu
bahkan bisa dikategorikan
terlalu keras pada masanya,
sehingga perusahaan rekaman
yang memayungi Iwan Fals
enggan atau lebih tepatnya
tidak berani memasukkan
lagu-lagu tersebut dalam
album untuk dijual bebas.
Belakangan Iwan Fals juga
mengakui kalau pada saat itu
dia juga tidak tertarik
memasukkan lagu-lagu ini ke
dalam album.
Pada April 1984 Iwan Fals
harus berurusan dengan
aparat keamanan dan sempat
ditahan dan diinterogasi
selama dua minggu gara-gara
menyanyikan lirik lagu
Demokrasi Nasi dan Pola
Sederhana juga Mbak Tini
pada sebuah konser di
Pekanbaru.
Sejak kejadian itu, Iwan Fals
dan keluarganya sering
mendapatkan teror. Hanya
segelintir fans fanatik Iwan
Fals yang masih menyimpan
rekaman lagu-lagu ini, dan
sekarang menjadi koleksi
sangat berharga.
Saat bergabung dengan
kelompok SWAMI dan merilis
album bertajuk SWAMI pada
1989, nama Iwan semakin
meroket dengan mencetak
hits Bento dan Bongkar yang
sangat fenomenal.
Perjalanan karier Iwan Fals
terus menanjak ketika dia
bergabung dengan Kantata
Takwa pada 1990 yang
didukung penuh oleh
pengusaha Setiawan Djodi.
Konser-konser Kantata Takwa
saat itu sampai sekarang
dianggap sebagai konser
musik yang terbesar dan
termegah sepanjang sejarah
musik Indonesia.
Tidak seluruh album yang
dikeluarkan Iwan Fals berisi
lagu baru. Pada tahun-tahun
terakhir, Iwan Fals sering
mengeluarkan rilis ulang lagu-
lagu lamanya, baik dengan
aransemen asli maupun
dengan aransemen ulang.
Pada tahun-tahun terakhir ini
pula Iwan Fals lebih banyak
memilih berkolaborasi dengan
musisi muda berbakat.
Banyak lagu Iwan Fals yang
tidak dijual secara bebas.
Lagu-lagu itu menjadi koleksi
ekslusif para penggemarnya
dan kebanyakan direkam
secara live.
Beberapa lagu Iwan Fals yang
tidak dikomersialkan seperti
lagu Pulanglah yang
didedikasikan khusus untuk
almarhum Munir ternyata
sangat digemari yang akhirnya
direkam ulang dan
dimasukkan ke dalam "50:50"
yang beredar pada 2007.

Selasa, 05 Juli 2011

Inilah Yang Bakal Jadi Headliners Rock In Solo 2011

DEATH ANGEL !



Background information

Origin
San Francisco Bay Area,
California, United States

Genres
Thrash metal, speed metal,
heavy metal

Years active
1982–1991
2001–present

Labels

Enigma, Geffen, Nuclear Blast
Associated acts
Big Shrimp, The Organization,
Swarm

Members

Mark Osegueda
Rob Cavestany
Ted Aguilar
Will Carroll
Damien Sisson

Past members

Andy Galeon
Gus Pepa
Dennis Pepa
Sammy Diosdado

Death Angel is a Filipino-
American thrash metal band
from Concord, California,
initially active from 1982 to
1991 and again since 2001.
Death Angel has released six
studio albums, two demo
tapes, one box set and two
live albums.
Two independent releases,
The Ultra-Violence (1987) and
Frolic Through the Park (1988)
, attracted the attention of
Geffen Records, who signed
the quintet in 1989, and
released their next album, Act
III, one year later. While
Death Angel was touring in
support of Act III, drummer
Andy Galeon was injured in a
tour bus accident, needing
more than a year to fully
recover. This resulted in the
band's break up in 1991.
However, Death Angel
reformed in 2001 (without
original guitarist Gus Pepa) at
the Thrash of the Titans
benefit concert for Testament
singer Chuck Billy. The band
continues to record and
perform today.

Kamis, 09 Juni 2011

Alice Cooper : Saya Hampir Membunuh Elvis

alice cooper
free image hosting


YA, rocker gaek asal Detroit,
Amerika Serikat, Alice Cooper,
mengaku sempat terlintas
dalam benaknya membunuh
King of Rock N Roll, Elvis
Presley demi popularitas.
Kejadian itu berlangsung pada
sekitar tahun 1971 di ruangan
penthouse sebuah hotel
mewah di Las Vegas.
"Ketika itu, Elvis mengajak
saya ke dapur, membuka laci
dan mengeluarkan pistol. Dia
lalu meminta saya
menodongkan pistol itu ke
kepalanya," Cooper, yang
melakukan debutnya saat
merilis album Pretties for You
dengan format band tahun
1969 itu, bercerita."Ketika itu,
saya tak tahu apa yang harus
saya lakukan."
Cooper, 63 tahun, lalu
menuturkan, sempat terbersit
dalam benaknya untuk
menghabisi nyawa Elvis.
"Ketika itu, seperti ada suara
di telinga kiri berujar ' Ayo,
bunuh dia, kau akan masuk
sejarah sebagai pembunuh
Elvis Presley, sang raja Rock n
Roll'."
Sementara di telinga
kanannya, dia mendengar
ujaran, yang mengatakan,
"Kau tak boleh membunuhnya.
Dia Elvis Presley. Lukai saja,
kau akan tetap terkenal.
Paling-paling hanya beberapa
tahun masuk penjara."
Namun, Cooper, yang pertama
kali menjulang dengan hits
"I'm Eighteen" di tahun 1971
itu menceritakan, belum
sempat dia memutuskan, Elvis
langsung menendang pistol di
tangannya, sebelum
menjatuhkan Cooper di lantai
dan mencekik lehernya.
"Elvis lalu berkata kepada
saya, begitulah cara
melumpuhkan orang
bersenjata yang ingin
melukaimu," ujar Cooper,
yang total telah melepas 26
album studio itu. Elvis sendiri
kemudian diketahui tewas
pada tahun 1977 di usia ke-42
lantaran overdosis.
Kejadian di hotel Elvis itu
hanya merupakan salah satu
episode kelam kehidupan
Cooper bersama para
mendiang jawara-jawara rock
n roll. Seperti diketahui, dulu,
Cooper dikenal dekat dengan
drummer The Who, Keith
Moon, Jim Morrison (The
Doors), hingga John Lennon,
yang kini semuanya telah
wafat.
Mereka, dulu bahkan sebuah
membuat klub"minum"
bernama Hollywood Vampires.
Mereka biasanya minum-
minum di sebuah bar terkenal,
Rainbow, di Los Angeles. Bar
ini yang menginspirasi Ritchie
Blakmore pada tahun 1975,
untuk membentuk band
dengan nama serupa.
"Saya pernah melihat mereka
(Keith Moon dan Lennon)
minum sampai kolaps. Tapi,
Jim Morrison adalah peminum
yang profseional," Cooper
yang masih sempat menyihir
metal head di era 1990-an
dengan hits"Hey Stoopid" dan
"Love's a Loaded Gun" itu,
bercerita. "Saya juga sering
minum bersama Janis Joplin
dan Jimi Hendrix."
Di luar kebiasan menenggak
alkoholnya yang akut, Cooper
sendiri dikenal sebagai rocker
kontroversial. Karena tingkah
laku yang tidak jelas itu,
Cooper bahkan juga sempat
dicekal masuk ke Inggris Raya,
pada tahun 1993.
Permintaan cekal ini dimotori
aktivis moroal Mary
Whitehouse dan seorang
anggota parlemen, Leo Abse.
Cooper juga sempat mendapat
tuduhan membunuh seorang
wanita di pesawat terbang.
Sementara di atas panggung,
Cooper dikenal kerap
mempertontonkan aksi-aksi
teaterikal yang imajinatif, dan
cenderung horror. Tata rias
yang seram ala hantu adalah
dandanan wajib Cooper saat
mentas.
Tapi, kini, Cooper telah lebih
manis. Terlepas dari aksi
kontrovesialnya, saat
menggelar konser dengan
format hologram di London,
Mei lalu, Cooper kini tampak
jauh lebih dewasa.
Ketergantungannya terhadap
alkohl juga sudah dia buang
jauh-jauh sejak menjalani
rehabilitasi di pertengahan
tahun 1980-an. Pria kelahiran 4
Februari 1948 ini sekarang juga
dikenal lebih religius.
Waktu-waktu luangnya lebih
seirng dia isi dengan kegiatan
sosial bersama istri dan ketiga
anaknya: Calico, Dash, dan
Sonora Rose. Atau bermain
golf. Ya, Sejak tahun 1990-an,
rocker yang diakui Lady Gaga
sebagai inspiratornya ini
memang mendalami golf. Dia
bahkan sempat ikut beberapa
kejuaraan golf semi-
profsional.
Hingga kini, Cooper sendiri
masih didaulat sebagai salah
satu"moyang" heavy metal.
Lagu-lagu hitsnya seperti
"Billion Dollras Babbies", "No
More Mr Nice Guy, "You and
Mu", "Schoo''s Out", "Trash",
"Poison", hingga "Only My
Heart Talking" masih
tembang-tembang wajib para
metal head.
Selain itu, dimasukkannya
nama Cooper dalam Rock and
Roll Hall of Fame, awal tahun
ini, juga menjadi bukti
pengakuan dunia terhadap
kontribusi pria bernama
lengkap Vincent Damon
Fournier ini.
Akhir Juni ini, Cooper yang
merupakan idola Dave
Mustaine, pentolan Megadeth,
rencanya akan merilis album
kompilasi"Old School" yang
berisi lagu-lagu terbaiknya
pada periode 1964-74. Dan,
sebagai ajang promosinya,
Cooper dikabarkan akan
menggelar konser Alice
Cooper's Halloween Night Of
Fear, mulai Oktober
mendatang. Konon, baru pada
tahun 2012 mendatang, dia
akan merilis album baru, yang
akan diberi judul Welcome 2
My Nightmare.
sumber: wikipedia, Stuff.co.nz,
daily mirror, gibson, youtube
Diskografi Alice Cooper
Format Band
1969 Pretties for You
1970 Easy Action
1971 Love It to Death
1972 School's Out
1973 Billion Dollar Babies
Solo Karier
1975 Welcome to My
Nightmare
1976 Alice Cooper Goes to
Hell
1977 Lace and Whiskey
1978 From the Inside
1980 Flush the Fashion
1981 Special Forces
1982 Zipper Catches Skin
1983 DaDa
1986 Constrictor
1987 Raise Your Fist and Yell
1989 Trash
1991 Hey Stoopid
1994 The Last Temptation
2000 Brutal Planet
2001 Dragontown
2003 The Eyes of Alice
Cooper
2005 Dirty Diamonds
2008 Along Came a Spider
2012 Welcome 2 My
Nightmare

Kamis, 26 Mei 2011

4 Diva Metal Terbaik

1. Angela Gossow

Angela Natalie Gossow,lahir 5 November 1975, vokalis ArchEnemy merupakan salah satu vokalis yg memakai tehnik DeathGrunts sebagai andalannya. Ia bergabung dg archenemy tahun 2001 setelah vokalis lamanya Johan Liva hengkang.
Arch Enemy Angela Gossow


angela goss


Angela


Angela gossow



hosting images



2. Simone Simons

Lahir 17 Januari 1985 dengan nama lengkap Simone Johana Maria Simons tergabung dalam grup bernama Epica sebagai vokalis tipe mezzo-sopran yang terkenal dg lengkingan yg tinggi. Ia bergabung dg epica tahun 2002,setelah terinspirasi oleh Nightwish dan kemudian mengambil kursus lalu bergabung dg epica setelahnya.
Simmone simmons


Simone simmons epica


Simone simmons



image hosting



3. Cristina Scabbia

Cristina Adriana Chiara Scabbia lahir di Milan Italia pd tgl 6 juni 1972 salah satu vokalis Lacuna Coil yg paling terkenal. Ia juga merupakan penulis kolom di majalah Revolver bersama Vinnie Paul. Satu hal lagi,musikus yg sedang mesra dg Jim Root gitaris slipknot ini pun merupakan fans Ac Milan..
Cristina Scabbia lacuna coil


Cristina Scabbia Lacuna Coil 2 Ozzfest 2004 l


cristinascabbia43



adult image hosting



4. Lyn Z

Yang ini bassist favorit saya setelah Karin axelsson 'SonicSyndicate' dan Chua 'Kotak' yg udah saya ulas pada postingan terdahulu.
Bernama lengkap Lindsay Ann Waynee Ballato, lahir di Dunoon,Skotlandia pd tgl 21 Mei 1976 merupakan bassist dari band bernama Mindless Self Indulgence. Sebelumnya ia adalah basisst grup punk bernama Beg Yer Parton yg men-cover lagu2 Dolly Parton lalu kemudian bergabung dg MSI dan menikah dg personil My Chemical Romance,Gerrard Way.
Mindless self indulgence lynn z


Mindless self indulgence lynn z1


Mindless self indulgence lynn z2


Mindless self indulgence lynn z3



post image wordpress

Rabu, 20 April 2011

Perjalanan Sang Troubadour : a tribute to Franky Sahilatua

Image Hosted by UploadHouse.com

Saat telah terkenal pun, Franky Sahilatua memilih tinggal di rumah kontrakan di daerah Jalan Deplu, Jakarta Selatan. Berkali-kali banjir merendam rumah kontrakan itu, malah membuat Franky kian produktif. "Saya menikmati banjir yang datang ke rumah. Itu bagian dari yang menstimulus kreativitas saya," ujar Franky suatu kali kepada kompas.com.
Maka, jika tak "dipaksa" oleh sang istri untuk berpindah kerumah yang lebih "beradab", Franky barangkali masih tetap menikmati banjir yang datang tiap tahun ke Jakarta. Pun begitu saat Franky meninggalkan dunia industri musik yang menurutnya sudah tak sehat itu, dia menjadi sosok penyanyi yang lebih dekat dengan kalangan bawah. Beberapa kali Franky mengajak kompas.com "jalan-jalan".

Pertama, kedaerah Pati, Jawa Tengah,menemui para petani yang melakukan protes kepada Pemda setempat karena kebijakan pemda setempat yang tidak berpihak kepada rakyat, dengan memangkas sebuah bukit untuk bahan baku pabrik semen. Bersama para petani Franky ikut menumpang mobil bak terbuka seraya mengajari mereka menyanyi lagu-lagu perjuangan untuk kaum tertindas. Pun demikian saat Franky mengajak kompas.com ke Hong Kong. Status Franky yang telah menjadi Duta Buruh Migran, nampak sangat dekat dengan para buruh migran di sana. Dalam pidatonya di hadapan para buruh migran, Franky meminta supaya para TKI itu jangan takut memperjuangkan nasibnya serta melawan para calo yang telah merampas penghasilan mereka. Semenjak meninggalkan dunia industri musik, hari-hari Franky adalah sempurna menjadi seorang troubadour.

Penyanyi yang tak pernah berhitung dengan angka-angka sebagai upah dari menyanyinya. Dia bisa bernyanyi di mana saja,mulai dari komunitas seniman, para politisi, hingga di hadapan petani di tengah sawah. Franky pernah bercerita, apa yang dia kerjakan adalah semata menjalani panggilan hatinya. Dia sudah tidak bisa bernyanyi lagu-lagu "manis", sementara rakyat Indonesia masih dililit kemiskinan dan kebodohan. Itulah sebabnya, dia tidak pernah memilih panggung,sebab baginya, semua tempat dan waktu adalah panggung baginya. Memang, sebagian penggemarnya merasa kehilangan Franky dengan lagu-lagu manisnya tentang alam dan rakyat bawah. Tapi pilihan hidup telah diambil Franky. Dan Franky yang sederhana itu, memilih untuk langsung berkubang lumpur bersama masyarakat bawah yang dicintainya. Franky terlahir dengan nama Franklin Hubert Sahilatua di Surabaya, 16 Agustus 1953.Setelah menyelesaikan pendidikan terakhirnya di Akademi Akutansi Surabaya,dia pun hijrah ke Surabaya pada 1974.

Album pertama yang berjudul "Senja Indah diPantai" (1975) yang dinyanyikan bersama adiknya, Jane Sahilatua.Sayang, album ini, karena menurut Jane kurang promosi, album ini pun taklaku di pasaran. Franky pernah hampir putus asa.Untunglah, Franky berkenalan dengan Teguh Esha yang memberinya syair Ali Topan. Sejak album itu diluncurkan tahun 1976,nama Franky and Jane pun mulai berkibar.Terlebih saat meluncurkan album "Musim Bunga" pada1978, nama Franky and Jane benar-benar menguasai jagad permusikan di Indonesia kala itu.Setelah album "Lelaki dan Rembulan" (1992) yang sekaligus menjadi album perpisahan Franky dan Jane,nama Franky pun mulai surut. Hingga muncul ide untuk menyatukan Franky dengan Iwan Fals yang menghasilkan album"Terminal" (1993), "OrangPinggiran" (1997)"Menangis" (1999).
Usai bekerjasama dengan IwanFals, Franky pun sempat bekerjasama dan menyanyikan syair EmhaSinun Nadjib yang berjudul"Perahu Retak" (1995).

Diskografi (antara lain)
1. Franky & Jeanne :
-. Senja Indah di Pantai (1975)
-. Kembalilah (1975)
-. Balada Ali Topan (1976)
-. Musim Bunga (1978)
-. Kepada Angin dan Burung-burung (1978)
-. Dan Ketuk Semua Pintu(1979)
-. Panen Telah Datang (1980)
-. Siti Julaika (1982)
-. Di Ladang Bunga (1983)
-. Rumah Kecil, PinggirSungai (1984)
-. Biarkan Hujan (1989)
-. Langit Hitam (1992)
-. Lelaki dan Rembulan (1992)
2. Franky, Jeanne, dan Johnny
-. Menyambut Musim Petik(1986)
3. Solo
-. Balada Wagiman Tua
-. Gadis Kebaya (1984)
-. Biarkan Hujan (1985)
-. Anak Emas
-. Lelaki dan Telaga
-. Kemarin
-. Terminal (1993) bersama Iwan Fals
-. Orang Pinggiran (1997)bersama Iwan Fals
-. Menangis (1999) bersama Iwan Fals
-. Perahu Retak (1995)bersama Emha Ainun Najib
-. Aku Mau Presiden Baru(2007)
-. Saatnya Berterus Terang(1998)
4. Album lain
-. Kita Semua Sama (1989)bersama Jeanne Sahilatua,Nur Afni Octavia, Vonny Sumlang, Utha Likumahuwa, Gito Rollies,Farid Hardja, La Storia
-. Satu Hati (2006) bersama Iwan Fals, Doel Sumbang,Trie Utami Lagu Populer (antara lain)
-. Di Bawah Tiang Bendera(1996)
-. Kemesraan (1988)

Filmografi :-. Mendung Tak Selamanya Kelabu (1982)

Penghargaan (antara lain)-.
AMI Award kategori country/balada (1997 & 1998)-.
Kehati Award kategori"Citra Lestari Kehati" (2004)-.
Duta Buruh Migran Indonesia oleh Serikat Buruh Migran Indonesia dan ILO(2006)

Keluarga
Orang tua : HubertJohannes Sahilatua (ayah),
Theodora Joveva Uneputi-Sahilatua
(ibu)

Istri : Harwantiningroem

Anak : Ken Noorca Sahilatua, Hugo Delano Sahilatua


Sumber: Litbang Kompas/

Sabtu, 23 Oktober 2010

chairil anwar

Chairil Anwar dilahirkan di
Medan, 26 Julai 1922. Dia
dibesarkan dalam keluarga yang
cukup berantakan. Kedua ibu
bapanya bercerai, dan ayahnya
berkahwin lagi. Selepas
perceraian itu, saat habis SMA,
Chairil mengikut ibunya ke
Jakarta. Semasa kecil di Medan,
Chairil sangat rapat dengan
neneknya. Keakraban ini begitu
memberi kesan kepada hidup
Chairil.
Dalam hidupnya yang amat
jarang berduka, salah satu
kepedihan terhebat adalah saat
neneknya meninggal dunia.
Chairil melukiskan kedukaan itu
dalam sajak yang luar biasa
pedih:
Bukan kematian benar yang
menusuk kalbu/ Keridlaanmu
menerima segala tiba/ Tak
kutahu setinggi itu atas debu/
Dan duka maha tuan bertahta
Sesudah nenek, ibu adalah
wanita kedua yang paling Chairil
puja. Dia bahkan terbiasa
membilang nama ayahnya, Tulus,
di depan sang Ibu, sebagai tanda
menyebelahi nasib si ibu. Dan di
depan ibunya, Chairil acapkali
kehilangan sisinya yang liar.
Beberapa puisi Chairil juga
menunjukkan kecintaannya pada
ibunya.
Sejak kecil, semangat Chairil
terkenal kedegilannya. Seorang
teman dekatnya Sjamsul Ridwan,
pernah membuat suatu tulisan
tentang kehidupan Chairil Anwar
ketika semasa kecil. Menurut dia,
salah satu sifat Chairil pada masa
kanak-kanaknya ialah pantang
dikalahkan, baik pantang kalah
dalam suatu persaingan,
maupun dalam mendapatkan
keinginan hatinya. Keinginan dan
hasrat untuk mendapatkan
itulah yang menyebabkan
jiwanya selalu meluap-luap,
menyala-nyala, boleh dikatakan
tidak pernah diam.
Rakannya, Jassin pun punya
kenangan tentang ini. “Kami
pernah bermain bulu tangkis
bersama, dan dia kalah. Tapi dia
tak mengakui kekalahannya, dan
mengajak bertanding terus.
Akhirnya saya kalah. Semua itu
kerana kami bertanding di depan
para gadis. ”
Wanita adalah dunia Chairil
sesudah buku. Tercatat nama
Ida, Sri Ayati, Gadis Rasyid, Mirat,
dan Roosmeini sebagai gadis
yang dikejar-kejar Chairil. Dan
semua nama gadis itu bahkan
masuk ke dalam puisi-puisi
Chairil. Namun, kepada gadis
Karawang, Hapsah, Chairil telah
menikahinya.
Pernikahan itu tak berumur
panjang. Disebabkan kesulitan
ekonomi, dan gaya hidup Chairil
yang tak berubah, Hapsah
meminta cerai. Saat anaknya
berumur 7 bulan, Chairil pun
menjadi duda.
Tak lama setelah itu, pukul 15.15
WIB, 28 April 1949, Chairil
meninggal dunia. Ada beberapa
versi tentang sakitnya. Tapi yang
pasti, TBC kronis dan sipilis.
Umur Chairil memang pendek,
27 tahun. Tapi kependekan itu
meninggalkan banyak hal bagi
perkembangan kesusasteraan
Indonesia. Malah dia menjadi
contoh terbaik, untuk sikap yang
tidak bersungguh-sungguh di
dalam menggeluti kesenian.
Sikap inilah yang membuat
anaknya, Evawani Chairil Anwar,
seorang notaris di Bekasi, harus
meminta maaf, saat mengenang
kematian ayahnya, di tahun
1999, “Saya minta maaf, karena
kini saya hidup di suatu dunia
yang bertentangan dengan dunia
Chairil Anwar. ”

sonic syndicate

Sonic Syndicate is a melodic death metal band from Falkenberg, Sweden. The band was formed in 2002 and was originally known as Fallen Angels. They are highly influenced by other Swedish melodic death metal bands such as In Flames and Soilwork.They recorded three demos, Black Lotus, Fall from Heaven, and Extinction before signing with Pivotal Rockordings in 2005
Sonic Syndicate is a melodic death metal band from Falkenberg, Sweden. The band was formed in 2002 and was originally known as Fallen Angels. They are highly influenced by other Swedish melodic death metal bands such as In Flames and Soilwork.They recorded three demos, Black Lotus, Fall from Heaven, and Extinction before signing with Pivotal Rockordings in 2005. After signing with Pivotal Rockordings the band would change its name to Sonic Syndicate and recorded its debut studio album, Eden Fire.In 2006, NUCLEAR BLAST RECORDS took note of this underground sensation and offered them a new home. The band entered Black Lounge Studio in Sweden that same year with producer Jonas Kjellgren (SCAR SYMMETRY). Soon to be held in such high regards as the bands that spawned them, SONIC SYNDICATE is hands down one of the best new comers the scene has to offer. See why Anders Friden of IN FLAMES calls SONIC SYNDICATE’s Only Inhuman, “A new force in Swedish metal.. After signing with Pivotal Rockordings the band would change its name to Sonic Syndicate and recorded its debut studio album, Eden Fire.In 2006, NUCLEAR BLAST RECORDS took note of this underground sensation and offered them a new home. The band entered Black Lounge Studio in Sweden that same year with producer Jonas Kjellgren (SCAR SYMMETRY). Soon to be held in such high regards as the bands that spawned them, SONIC SYNDICATE is hands down one of the best new comers the scene has to offer. See why Anders Friden of IN FLAMES calls SONIC SYNDICATE’s Only Inhuman, “A new force in Swedish metal...



BLEEDING THROUGH

Bleeding Through is an
American metalcore band from
Orange County, California,
formed in 1999. Their current
line-up consists of Brandan
Schieppati (vocals), Brian Leppke
(guitar), Jona Weinhofen (guitar),
Ryan Wombacher (bass), Derek
Youngsma (drums) and Marta
Peterson (keyboards). They were
a fairly underground group
when they signed with Trustkill
Records in 2003, and have
released two albums, their
breakthrough, This Is Love, This
Is Murderous and The Truth.
The band received considerable
media attention outside of the
heavy metal community for their
involvement in a van accident in
December 2003, filmed by a TV
crew, which happened to be
there to report on another
crash.
In 2003, Spin called Bleeding
Through an "artist to watch".[1]
In 2004, Revolver magazine
hailed Bleeding Through as one
of eight bands ushering in the
"Future of Metal" cover story.[2]
Their latest album, The Truth
was named "one of the four
most important hard rock
albums of 2006" by Billboard
magazine.[3]
Indexed at Wikipedia.

Jumat, 22 Oktober 2010

Dimmu Borgir

The Norwegian band Dimmu
Borgir was formed in 1993 by
vocalist Shagrath, guitarist
Silenoz and drummer/guitarist
Tjodalv. They soon recruited
bassist Brynjard Tristan and
keyboardist Stian Aarstad to
round out the band. The word
Dimmu means foggy or dark and
Borgir means castle or fortress.
First Releases:
In 1994 the band released an EP
and their first full-length album,
For All Tid. Their second album
Stormblast was released in 1996.
Dimmu Borgir's first two releases
were in their native Norwegian,
but after that they switched to
English for their lyrics.
Breakthrough:
Their third album Enthrone
Darkness Triumphant, was
released in 1997. It was
extremely successful, both
commercially and critically, and
moved Dimmu Borgir to the elite
category of black metal artists.
There were also several lineup
changes during this period.
Black Metal Veterans:
In the past decade the band has
released several albums,
including Spiritual Black
Dimensions (1999), Puritanical
Euphoric Misanthropia (2001),
Death Cult Armageddon (2003)
and a 2005 release that re-
recorded the songs from
Stormblast. The band has drawn
some criticism for becoming too
commercial and mainstream for
the black metal genre. Their
latest album In Sorte Diaboli was
released in 2007.
Lineup Changes:
In 2009, longtime members ICS
Vortex (bass/clean vocals) and
Mustis (keyboards) exited the
band. Snowy Shaw participated
in the recording of Abrahadabra,
but soon returned to Therion.
Daray (Vader) was the drummer
on the album.
Current Dimmu Borgir
Members:
Shagrath (Stian Thorensen) -
Vocals, guitar, keyboards, drums
(Astarte, Chrome Division,
Fimbulwinter, Kamelot,
Ragnarok, Starkness)
Silenoz (Sven Atle Kopperud) -
Guitar (Kosmos Røst, Malefic,
Nocturnal Breed)
Galder (Thomas Rune Andersen)
- Guitar (Old Man´s Child,
Dødheimsgard)
Daray - Drums (Vader)
Former Dimmu Borgir Band
Members:
(does not include session or tour
musicians)
Jens Petter - Guitar (1996-1997)
Astennu (Jamie Stinson) - Guitar
(1997-2000)
Archon (Lars Haider) - Guitar
(2000)
Simen Hestnaes (ICS Vortex) -
Bass/Clean Vocals (1998-2009)
Brynjard Tristan - Bass
(1993-1996)
Nagash (Stian Arnesen) - Bass
(1997-1999)
Stian Aarstad - Keyboards
(1993-1997)
Tjodalv (Kenneth Åkesson) -
Drums (1993-1999)
Nicholas Barker - Drums
(1999-2004)
Mustis (Øyvind Mustafarta)-
Keyboards (1998-2009)
Dimmu Borgir Discography:
1994 For All Tid (No Colours
Records)
1996 Stormblåst (Cacophonous)
1996 Devil's Path EP (Hot
Records)
1997 Enthrone Darkness
Triumphant (Nuclear Blast)
1998 Godless Savage Garden
(Nuclear Blast)
1999 Spiritual Black Dimensions
(Nuclear Blast)
2001 Puritanical Euphoric
Misanthropia (Nuclear Blast)
2003 Death Cult Armageddon
(Nuclear Blast)
2005 Stormblåst (re-recording of
1996 album) (Nuclear Blast)
2007 In Sorte Diaboli (Nuclear
Blast)
2010Abrahadabra (Nuclear
Blast)

Sabtu, 25 September 2010

as i lay dying

Blending hardcore-Metal and
Grindcore, As I Lay Dying started
when long time friends, vocalist
Tim Lambesis and guitarist Evan
White met drummer Jordan
Mancino in San Diego, California
USA, in February 2001.
Within months the three hit the
studio to record "Beneath The
Encasing Of Ashes"; the album,
issued on Pluto Records in June
2001, became the top selling
label's release.
Ready to move forward, As I Lay
Dying first recorded some new
songs for a split CD and in
February of 2003 they signed
with Metal Blade Records; the
band's sophomore full-length
disc, "Frail Words Collapse",
arrived in July that same year, it
climbed into the top 30 of the
Billboard's Independent Albums
chart and went on to be a label
best-seller, surpassing 210,000
units sold.
After Evan White's departure,
Lambesis and Mancino drastically
revised the line-up of the band,
adding two guitarists, Nick Hipa
and Phil Sgrosso and a bass
player, Clint Norris.
In June 2005 the quintet released
"Shadows Are Security" which
further spotlighted As I Lay Dying
as one of most influential bands
to break out of the underground
Metal scene. Their high-profile,
marathon tour cycle found the
band as one of the featured
attractions on the Ozzfest 2005
side stage, then as part of the
second annual Taste Of Chaos
trek in winter 2006 along with
Deftones and Thrice; their third
album shot to #1 on the U.S.
Top Independent chart and also
peaked at #35 on The Billboard
200.

In August 2007 As I Lay Dying
issued its fourth album, "An
Ocean Between Us", it was
recorded with new bassist Josh
Gilbert, who replaced Norris who
left to get married and settle
down. The CD achieved a
career-best peak of #8 on The
Billboard 200.
The metalcore quintet have set a
May 11, 2010, North American
release date for their next
record, "The Powerless Rise".
The disc includes the single
"Beyond Our Suffering".

caliban

CALIBAN




CURRENT NAME
Caliban

FORMER NAMES
-

ORIGIN
Essen, Nordrhein-Westfalen,
Germany

STATUS
Active

FORMED IN
1997

LABEL
Century Media

GENRE
Hardcore; Metal

STYLE
-
LYRICAL THEME
-
BAND ADDED
2005-09-27, 00:00

LAST UPDATE
2009-06-10,

Band biography

Already seen as veterans of the
European metal-core scene,
Caliban have become one of the
most important and influential
bands of that genre within just a
few years. Formed in 1997, in
Germany’s Ruhr region, Caliban
released their self-titled EP in the
summer of 1998 on Lifeforce
Records. Countless tours across
Europe, including support gigs
for bands like Morning Again,
Earth Crisis and Cro-Mags,
strengthened their reputation
and earned them an ever-
increasing army of fans. Their
full-length debut, A Small Boy
And A Grey Heaven (1999),
opened the door to fame and
became a European metal-core
classic. Even then, Caliban knew
how to combine Slayer-esque,
precise metal guitars with an
emotional hardcore delivery,
thereby leaving their own distinct
mark on that sound. Although
initially seen as mix of Slayer,
Poison the Well and Hatebreed
by the critics, Caliban didn ’t jump
on the metal-core bandwagon
just recently; rather, they led the
way representing that genre at
home and internationally. The
following split EP with their
friends from Heaven Shall Burn
was to become another metal-
core classic. When the band's
second album, Vent, came out in
April 2001 the band was invited
to play at the famous Beast Feast
2001 in Yokohama together with
Slayer, Pantera, Machine Head,
Biohazard and Morbid Angel.
After playing in Japan, Caliban
began their onslaught on U.S.
soil with A Life Once Lost and
The Red Chord in the summer of
2002 and an appearance at the
famous Hellfest in New York.
With their third album, Shadow
Hearts, it was clear Caliban
transcended their
contemporaries by producing a
new style of post-modern,
destructive metal-core with an
unparalleled sense of heaviness
and musicianship. Most recently,
Caliban entered “The Room”
studios in Gothenburg, Sweden
to record their fourth album,
The Opposite From Within, which
was produced by In Flames front
man Anders Friden and mixed
and mastered by Andy Sneap
(e.g. Machine Head, Killswitch
Engage, Arch Enemy). The 12-
song outing shows the band
taking their style even further
with crushing breakdowns, a
keen sense of melody and
dedication to playing with utter
ferocity.


Current members
Andy Dörner
-2004-
Vocals
Marc Görtz
-2004-
Guitars
Denis Schmidt
-2004-
Guitars
Marco Schaller
-2004-
Bass
Patrick Grün
-2004-
Drums

GESANG



Biografi Gesang

Gesang atau nama lengkapnya
Gesang Martohartono. Gesang
dalam bahasa Jawa “kromo
inggil” berarti hidup, dan Gesang
memang telah banyak
menghidupkan dunia musik
keroncong di Indonesia.
Bengawan Solo salah satu
ciptaan Gesang yang legendaris,
dan saat ini lagu Bengawan Solo
menjadi perebutan antara pihak
Belanda dan Indonesia. Padahal
Gesang sudah mendaftarkan hak
cipta lagu Bengawan Solo
tersebut, tapi ada saja orang
Belanda yang mengaku
menciptakan lagu tersebut.


Biografi Gesang
Dengan
nama
lengkap
Gesang
Martohartono, lahir di
Surakarta, Jawa Tengah pada
tanggal 1 Oktober 1917. Gesang
dikenal sebagai “Maestro
keroncong Indonesia” dengan
lagu Bengawan Solo yang
terkenal dan legendaris itu.
Bukan saja lagu tersebut
terkenal di dalam negeri
Indonesia saja, di Jepang pun
lagu Bengawan Solo sangat
terkenal dan banyak digemari
terutama oleh kalangan “sepuh”
nya. Lagu Bengawan Solo
diterjemahkan ke dalam
setidaknya 13 bahasa dunia,
termasuk diantaranya dalam
terjemahan bahasa Inggris,
bahasa Tionghoa, dan bahasa
Jepang.

Jepang memberikan
penghargaan kepada Gesang
pada tahun 1983, atas jasanya
dalam perkembangan musik
keroncong. Bentuk
penghargaannya diwujudkan
dalam bangunan Taman Gesang
di dekat Bengawan Solo.
Pemeliharaan Taman Gesang ini
didanai oleh Dana Gesang,
sebuah lembaga di Jepang yang
didirikan untuk Gesang.
Beberapa lagu ciptaan Gesang
yang paling populer diantaranya
adalah Bengawan Solo,
Jembatan Merah, Pamitan,
Caping Gunung dan Ojo Lamis (3
yang terakhir terkenal dalam
bahasa Jawa).

Rabu, 22 September 2010

lamb of god

Lamb Of God mulai terbentuk di
tahun 1990 dan sebenarnya
pada awalnya dibentuk dari
keisengan Mark Morton, Chris
Adler,dan John Campbell dalam
mengisi waktu luang semasa
kuliah di *Virginia ommonwealth
University* . Mereka tinggal di
satu asrama dan sering
berkumpul dan berlatih bersama
membawakan lagu lagu Slayer,
Pantera, Metallica secara
instrumental tanpa vokalis.
Setelah mereka lulus, mereka
sepakat untuk membangun band
ini, dengan anggota baru
bernama Randi Blythe sebagai
Vokalis dan mereka merilis demo
pertama mereka di tahun 1995.
Respon dari *scene *metal yang
‘ merindukan’ jenis band dengan
musik ala Pantera dengan beat2x
groovy terjawab sudah, dan
lahirlah legenda baru dari ”The
New Wave of American Heavy
Metal ”
Album pertama mereka *New
American Gospel* dan diikuti
oleh *As The Palaces burns* laris
di minggu pertama dirilisnya
album ini bahkan menempati
posisi chart Billboard selama
beberapa pekan. Sehingga Epic
Records, sebuah major label di
Amerika Serikat yang juga
banyak menaungi banyak artis
rap, r&b menarik Lamb of God
menjadi salah satu artis mereka
dengan ditandai dirilisnya album*
Ashes the Wake*Album inilah
yang semakin mengangkat
pamor Lamb of God di scene
musik metal dunia karena Epic
records merupakan label yang
lebih besar dari label mereka
sebelumnya, Prosthetic records.
Ashes the wake tercatat
langsung terjual 35.000 keping
cd di minggu pertama
penjualannya dan langsung
menduduki peringkat 27 di
Billboard chart 200 untuk
beberapa pekan. Suksesnya
Lamb of God diikuti dengan
berbagai penghargaan,
diantaranya sebagai *2nd best
Album of the Year* oleh majalah
musik berpengaruh *Revolver*,
dan *Best Music Video *oleh
MTV2 yang khusus menyiarkan
musik rock dan metal.
*Sacrament*, adalah judul album
berikutnya yang semakin
melambungkan nama Lamb of
God ke jajaran metal elit dunia,
album yang berhasil menarik
perhatian kalangan metal dunia,
balik dari kalangan pendengar
yang menyukai thrash metal,
progressive metal dan extreme
metal. Album yang cukup
fenomenal ini langsung
menduduki peringkat ke 8 di
chart billboard 200 dan terjual
lebih dari 65.000 CD di minggu
pertama penjualan CD ini,
sampai sekarang konon telah
terjual hamper 500.000 keping
CD di seluruh dunia. Dan dari
album inilah Lamb of God
menjadi *headliner* di berbagai
metalfest diseluruh dunia ,
seperti Ozzfest, Sound of the
Underground, Unholy Alliance
bersama *Slayer* , Gigantour
dengan *Megadeth,* juga akhir
tahun 2008 ini, Lamb of God
didaulat oleh Metallica untuk
bersama melakukan promosi
album *Death Magnetic*, karena
pihak management Metallica
mempertimbangkan dari sekian
banyak band yang berpengaruh
di scene musik metal dunia,
hanya Lamb of God yang
pamornya kini setingkat dengan
mereka, karena . Lamb of God
dinominasikan dalam
penghargaan yang prestisius
*GRAMMY AWARDS*sebagai
best metal performance di tahun
2007 lalu.Pertimbangan ini juga
didasari dari berhagai review,
kritik dan pendapat di berbagai
media massa salah satunya
adalah drummer mereka, Chris
Adler yang terpilih sebagai
drummer terbaik versi majalah
*Metal hammer* yang
berdasarkan dari survey
pembaca. Dan dari survey
pembaca itulah Lamb of God
ditasbihkan sebagai the best
metal band di tahun 2007 , oleh
majalah Metal Hammer yang
terkenal paling berpengaruh di
*scene *metal dunia.

DEVILDRIVER

Source: http://
www.devildriver.com/
homelow.html
"DevilDriver" is the name witches
give to the bells they use to drive
away evil when casting their
spells. But the DevilDriver we
speak of is a band.
DevilDriver is not Dez Fafara's
first band. In fact, the singer has
been toiling in the trenches of
the music industry since 1994,
having sold well over a million
albums worldwide, having
appeared on nine soundtracks,
and having spent countless years
on the road playing hundreds of
shows.


With DevilDriver, Fafara feels he
has reached the point of sonic
nirvana, where DevilDriver is the
be-all, end-all. With its self-titled
debut, DevilDriver exudes
abrasive, formidable heavy metal
from every pore, culling
influence from the blackest of
black metal, the deadliest of
death metal, as well as the
classic heavy metal cannon. Dez
Fafara has always stood for
heavy music and when others
around him would not stand
with him, he chose to stand
alone. So, it's time for heavy
music (and Fafara's) fans to
focus on the here, on the now,
and on the no-holds-barred
DevilDriver.
DevilDriver, rounded out by
guitarists Evan and Jeff, bassist
John, and drummer Johnny B,
was conceived in 2001, during
the recording process of Dark
Days, the third album by Fafara's
other project, Coal Chamber.
Fafara had wanted to add girth
and heft to his musical output
for quite some time. He had
been contemplating moving in a
fresher, more metallic direction
when DevilDriver finally came to
fruition. “I decided to make a life
choice and a musical choice, and
that choice was to get heavier
and to follow my path more
closely with heavy music,” admits
a candid Fafara, who beams over
DevilDriver like a father over his
newborn spawn.
“ I was eating breakfast at a joint
here in the small town in
California where I live,” recalls
Fafara. “And a guitar player left
me a napkin and it read, 'I hear
you are in town, and if you want
to jam, call me.'” Fafara
eventually called Evan and the
guitarist went to his house, and
the pair eventually became good
friends. “We both knew we
wanted to do heavy music, and
wanted to do something cutting
edge, and something that wasn't
happening now. We wanted to
go in a different direction than
everyone else.” The rest of
DevilDriver was assembled in an
organic fashion: stolen from
other bands around town.
Things clicked, and the band, in
its embryonic state, spent about
a year hanging out and getting
to know each other. Fafara knew
in his mind and heart that once
he finished touring with his other
band, he would come off the
road and dedicate his energy
and mind to DevilDriver full-
bore. “ My heart was going black
in my previous band and I
needed a musical and emotional
change,” Fafara continues. “I
had to follow my own love and
passion, and that's brutal,
extreme music, that doesn't play
itself out to be on the radio or
to fit in someone else's scene.”
DevilDriver is twelve songs
strong, and was recorded at two
different studios with two
different producers. The drums
and main guitars were recorded
with Ross Hogarth at Rumbo,
where a little album called
Appetite For Destruction was
done. The vocals, overdubs, and
bass tracks were recorded with
Dan Certa at Castle Oaks. It was
a positive experience for all
involved, and Fafara says, “It was
gratifying to work with a bunch
of wonderful musicians that
wanted to do their jobs, where
business came before playtime.”
Fafara even goes as far as to
deem the recording experience
as “heartwarming,” since
DevilDriver is a cohesive unit,
where all the members were
present during recording and
functioning as a team.
Fafara admits that black, death,
and classic heavy metal
influences have reared their
heads on DevilDriver, and
compares his players to no one
that he has ever heard. In
essence, DevilDriver has formed
its own style of rage, darkness,
and fury. Songs like “Die (And
Die Now),” “I Could Care Less,”
and ”Nothing's Wrong?” could
fuel a large nation's army.
Fafara admits to changing
directions with his lyrical
perspective. He says. “All the
songs on the album are like the
story of Faust, who sold his soul
to the devil. I sold mine for my
musical life. I write along those
lines.” “Cry For Me Sky”
addresses Fafara's take on his
own funeral eulogy. “Out of all
the songs I've written in my
lifetime, this would be my eulogy
song,” while “Nothing's Wrong?”
is DevilDriver's take on “doing
what thou will.” Fafara says “I
Could Care Less” is about
despising people's grandiose and
pompous ways. The corrosive
“Die (And Die Now),” which is so
brutal that you can just see
blood, guts, carnage, and flesh
hanging from its jaw, is dedicated
to the emotion of wishing
someone was dead. “Everyone
has that one person in their life
that they wish was gone from
the planet,” says Fafara. “This is
my song about that one person.”
There is a lyrical turn of phrase
that says, “This is the last great
hate song / So die / And die
now.” Clearly, DevilDriver isn't
masking its emotions or its
intentions.
“ We wanted to avoid everything
going on the States,” Fafara
reiterates. “Do we have a hit
radio song? We don't pander to
what radio wants. We want to
have a hit record for fans of
heavy music. If a song is taken
out and becomes successful,
okay, great. If not, my middle
finger is bigger than ever and I'll
stay on tour for another two
years!” Touring is where
DevilDriver fully expects to bring
its malicious metal to the masses.
The band will be baptized into
touring life on the exceptionally
hard 'n heavy “The Blackest Of
The Black Tour,” featuring
Morbid Angel, Superjoint Ritual,
and Danzig.
DevilDriver just wants its music to
be heard. The band just wants to
get on stage and kill it every
night. “This band will tour until
the wheels come loose,” Fafara
says.
Based on what we've seen from
Dez Fafara in the past, and what
he has assembled now, expect
an explosion of massive
consequence with DevilDriver.
The band comes out of the gates
with its fangs bared, ready to
unleash its musical ferocity on
the heavy metal world. Don't say
we didn't warn you. So either
join the DevilDriver party now, or
brace yourself in a fetal position,
because DevilDriver is coming
and you won't be able to hide
from the fallout generated by its
self-titled debut.

HATEBREED

Source: http://
www.angelfire.com/biz6/
hatebreed/aof/25.html
Since their formation in 1994,
New Haven, CT's Hatebreed
have grown into one of the most
sought after hardcore bands in
the United States. Their perfect
combination of brutal metallic
riffs, gutwrenching vocals and
classic mosh parts have
catapulted them to the forefront
of the hardcore genre.
Hatebreed came into existence
based on the simple idea that
there weren't any really heavy,
brutal bands out there that had
gained the respect of the
hardcore scene. And in seeking
to change that, these guys have
fundamentally changed the face
of hardcore music. They play
bone-crushing riffs followed
immediately by in-your-face
dance parts that get the crowd
going live, and will have you
slamming into the walls of your
living room at home.
These guys are also unabashed
about their love for metal, and it
shows. With influences ranging
from Venom and Celtic Frost to
Madball, Integrity and Biohazard,
Hatebreed have positioned
themselves at the perfect
hardcore metal crossroads.
Definitely a hardcore band with
short songs and dance parts,
these guys have taken the best
of the Old School, and whipped
it into a frenzied barrage of
Slayer-esque riffs and even some
double bass thrown in for flavor.
Not to be confused with a metal
band, Jamey and the guys have
been a grass roots center of the
CT hardcore scene for well over
five years.
While not interested in politics,
Hatebreed have gained the
attention of a lot of people with
the song "Kill and Addict" off of
their last demo EP, Under The
Knife (Victory Distribution's best-
selling demo title). This particular
track is a personal, not political
statement regarding people who
have given up any hope of being
clean. And that trend of
personal lyrical statements
continues on Satisfaction is the
Death of Desire. "Last Breath" is
a tribute to three people that
the band was friends with that
have died this year, including
Raybeez from Warzone.
"Betrayed by Life" is about a
friend tragically dying from AIDS.
And "Empty Promises" is about
people who try to change your
life for the better, but their
intentions are really to better
themselves and boost their ego.
With a consistent touring
schedule, Hatebreed are on their
way to you in the next few
months. They just completed a
full U.S. tour with Despair (their
third national tour), and will be
playing several shows with
Agnostic Front and Cause For
Alarm before year's end. In the
past, they have played with
bands ranging from Machine
Head, Life of Agony and Napalm
Death to H2O, AFI, and even
Dog Eat Dog, just to name a few.
The future looks bright for the
band. Their strong work ethic
and desire to ring their message
of aggression-packed new school
hardcore to all kinds of
audiences guarantees them a
spot as THE band to watch. They
are the antithesis of emo...They
are brutally aggressive, tribal,
urban hardcore that wants
nothing more than to get in your
face and get you in the pit.
Hatebreed is:
Jamey Jasta . Vocals
Lou "Boulder" Richards . Guitar
Chris Beattie . Bass
Sean Martin . Guitar
Rigg Ross . Drums

Slipknot

Slipknot's mix of grinding, post-
Korn alternative metal, Marilyn
Manson-esque neo-shock rock,
and
rap-metal helped make them
one of the most popular bands
in the so-called nu-metal
explosion of the late '90s. But
even more helpful was their
theatrical, attention-grabbing
(some critics said ridiculous)
image: the band always
performed in identical industrial
jump suits and homemade
Halloween masks, and added to
its mysterious anonymity by
adopting the numbers zero
through eight as stage aliases.
Add to that a lyrical
preoccupation with darkness and
nihilism, and an affectionately
insulting name for their fans
("Maggots"), and Slipknot's
blueprint for nu-metal success
was set.
Slipknot were formed in late
1995 in the unlikely locale of Des
Moines, IA; after some early
personnel shifts, the nine-piece
lineup settled around (in order
from number zero to number
eight): DJ Sid Wilson, drummer
Joey Jordison, bassist Paul Grey,
percussionist Chris Fehn, guitarist
James Root, sampler/
programmer Craig Jones,
percussionist Shawn "Clown"
Crahan, guitarist Mick
Thompson, and lead vocalist
Corey Taylor. The music scene in
Des Moines wasn't much to
speak of, and the band's big-
time ambition was usually met
with disbelief and ridicule, which
provided the initial spark for its
mostly anonymous stage visuals.
On Halloween 1996, Slipknot
self-released an album called
Mate. Feed. Kill. Repeat., which
began to build a buzz around
the group once it found its way
to several labels. It was picked
up for distribution by the
Nebraska-based -ismist label,
and also caught the attention of
Roadrunner Records, which
signed Slipknot in 1997. Working
with producer Ross Robinson,
Slipknot recorded their official,
self-titled debut album, which
was released in 1999. They
gradually built an audience
through near-constant touring,
working their way up to the
summer Ozzfest package tour,
which really expanded their
audience. Their live shows were a
much-discussed hit with metal
fans, and the band performed
with such energy that Crahan
gashed his head open on his
own drum kit twice that summer,
requiring stitches both times. The
tracks "Wait and Bleed" and
"Spit It Out" got the band some
airplay, but most of the buzz
came from touring and word of
mouth. Finally, in the spring of
2000, Slipknot was certified
platinum; the first such album in
Roadrunner's history.
The anticipation for Slipknot's
follow-up was intense, and many
industry observers predicted that
it would debut at number one;
however, faced with some stiff
competition that week, the
band's sophomore effort, Iowa,
bowed at number three upon its
release in 2001. More heavy
touring followed, including
another, more prominent slot on
that summer's Ozzfest. After a
long spell on the road, Slipknot
took a break while the members
worked on side projects. The
band set up its own label,
Maggot Recordings, and signed a
band called Downthesun, whose
lead singer had served as
Crahan's drum technician.
Wilson, meanwhile, began DJing
solo under the name DJ
Starscream, and Root and
Thompson both worked on solo
material. Drummer Jordison
worked with a side group called
the Rejects, where he'd actually
served for quite some time as
guitarist. Taylor, meanwhile,
started a side band called
Superego, and also contributed
a solo song, "Bother," to the
soundtrack of the 2002
blockbuster Spider-Man. That
May, the band got some
amusing press when some of its
fans discovered the website of a
British crocheting group also
called "Slipknot," and flooded
the members' in-boxes with
excessively rude e-mails. Guitarist
Joey Jordison and Static-X
guitarist Tripp Eisen teamed that
summer for the Murderdolls
project, while Taylor reformed
his old band Stone Sour and
released an album. By the
winter, Slipknot had still not
reunited and Taylor wrote a
commentary on the band's
website stating that they had not
spoken in months, and that
they'd rather break up than
become "the next Gwar". The
statement sparked a quickly
resolved minifeud between
Taylor and Gwar frontman
Oderus Urungus. but it also sent
many of the Maggots into a
tailspin. By early 2003, Taylor
had retracted his comments, and
announced plans for a new
Slipknot album. By August, the
entire squad had decamped
Iowa for LA, where they began
work on the new record with
famously bearded producer Rick
Rubin. "Pulse of the Maggots"
appeared in early 2004 as an
exclusive download; it was
followed by a full track listing for
Vol. 3: [The Subliminal Verses],
which was slated for a May
release. Slipknot then embarked
on a brief tour as a warm-up for
their dates headlining Ozzfest
that summer. The group also
debuted a fully-redesigned third
generation of their famous
masks. On May 25th, the
Subliminal Verses finally
dropped, to the usual clamor of
great fanfare and furious anger.
~ Steve Huey, All Music Guide.

add to any

Share