Tampilkan postingan dengan label indie resistance hot. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label indie resistance hot. Tampilkan semua postingan

Selasa, 11 Maret 2025

Review Introduction Album Rise From Hell And Still Broke by NIKTIUOSGYORA

Artist profile : 

 Name :NIKTIUOSGYORA

 Occupation : Loose Musician

 About : This album is out of nowhere, I'm just fiddling with my android phone and as I become bored and this AI music app giving me ideas to make my own album. So pardon the lack of special features which is every musician have.


 
Download Whole Album here : 


If you like my work consider to buy me a coffe

Credits : 











Selasa, 04 September 2012

Band Metal Justru Lebih Relijius Daripada Artis Manapun


Lagu bernafas religi bukan cuma dominasi
band pop? Teman-teman “bawah tanah”
kita juga bermain tanpa perlu menunggu
bulan puasa tiba Banyak band underground
yang juga memiliki dan memainkan lagu-
lagu yang masih masuk kategori religius.

Memang nggak sampai mengeluarkan
album religi, sih. Tapi, kalo diperhatikan
baik-baik, lirik-lirik mereka religius.
Hebatnya lagi, mereka nggak perlu
menunggu waktu bulan puasa atau
menjelang Lebaran untuk merilis lagu-lagu
bernafaskan religi ini. Ya, paling nggak,
motif kesengajaan demi mendulang uang
nggak kelihatan dari mereka. Hehehe…

Salah satu yang paling menonjol adalah
Purgatory. Tanya sama semua anak metal,
semua pasti bilang kalo Purgatory adalah
band metal religius. Ya, imej religi ini
memang menempel sangat erat di mereka.
Sampai-sampai, nggak sedikit yang
menjuluki mereka band metal religi, atau
menyebutkan Purgatory sebagai band
Islamic death metal. Namun begitu, anak-
anak Purgatory mengaku santai dan nggak
mau ambil pusing. “Terserahlah apa kata
orang. Kalo masalah orang bilang aliran
kami ini-itu sih, cuma buat memudahkan
mereka mengenal band kami aja. Dasarnya
sih metal, straight metal!” ujar Amor,
vokalis Purgatory. Itu kalau ngomongin
musik. Kalau masalah lirik sih, beda lagi.
Band yang kerap tampil menggunakan
topeng ini memang mengangkat pesan
positif dalam lirik-liriknya. Jauh dari hal-hal
negatif dan selalu mengarah ke arah
kebaikan. Hmmm…, apakah mereka emang
sengaja mengonsep band mereka kayak gini
dari awal? Ternyata nggak. Bisa dibilang,
semua berjalan begitu saja. “Kami nggak
pernah merencanakan bakal begini. Intinya
sih, kami ngambil referensi ke agama
karena kami nguasain materinya. Beda kalo
ngomongin setan-setanan, hal kayak gitu
gue nggak ngerti,” ungkapnya, santai.

Referensi mereka bikin lirik juga nggak
tanggung-tanggung. Perjalanan kehidupan
ditambah dengan Al-Qur’an dan Sunnah.
Hmmm…, benar-benar religius. Selain
Purgatory, band yang disebut-sebut religius
adalah Tengkorak - sesepuh grindcore asal
Jakarta. Kalo masalah personal dari para
personil bandnya, Tengkorak emang
religius. Paling nggak, itu yang dikatakan
oleh Ombat, sang vokalis. Tapi kalo soal
musik, Ombat mengaku masih kalah religius
dari Purgatory…. “Kalo di metal, Purgatory-
lah yang religius. Mereka menulis lirik
dengan mengambil intisari dari Al-Qur’an
dan menuliskannya dengan puitis. Gue juga
kayak gitu, Mencoba mengambil intisari dari
kitab suci, tapi gue lebih ekstrem dalam
mengaplikasikannya,” jelas Ombat.

Ya, siapa yang sangka kalo band-band religi
yang kita omongin di sini kebanyakan justru
ber-genre metal. Musik yang justru paling
sering dituduh dekat dengan setan atau
iblis.Ditanya mengenai hal ini, Ombat,
vokalis dari band grindcore, Tegkorak, sama
sekali nggak membantah. Dia dengan cepat
mengamini hal ini.“Emang bener. Metal
dekat dengan setan, ya, begitulah,” ujarnya,
tegas. “Itu sebabnya, kita harus bikin yang
exceptional. Yang beda,” tambahnya.Rada
nggak sependapat, Rins, vokalis dari band
progresif dark gothic metal asal Jakarta,
Gelap, mengatakan nggak semua metal itu
identik dengan musik setan. Menurutnya,
orang selama ini taunya cuma black metal,
padahal di luar sana ada juga white
metal…..“Band-band white metal ini banyak
di Eropa. Lirik-lirik mereka relijius semua,”
ceritanya……… Gelap adalah salah satu band
asal Jakarta, yang juga memiliki lagu yang
liriknya masuk kategori religius. Rins, sang
vokalis, yang banyak menulis lagu untuk
band ini, mengatakan kalo lirik lagu mereka
sebenarnya banyak mengangkat tema
mengenai sisi gelap kehidupan umat
manusia. Bagaimana sosok manusia yang
menurutnya di mata Tuhan itu sangat
hina……“Dunia itu sekarang udah kacau
banget. Dengan segala keburukan yang
terjadi. Yang bisa menolong kita cuma iman
dan agama,” ujarnya………. Oke, balik lagi ke
masalah metal dan musik setan, Die,
mantan gitaris Purgatory lebih cuek
menanggapi tuduhan kayak gini.
Menurutnya, terserah orang
berpendapat…….”Bagi gue, bukan jadi hal
yang baku kalau metal harus mengarah ke
arah negatif. Kalau mereka bilang gitu, gue
juga punya hak kalau metal juga bisa
positif,” ujarnya………Nah, apakah
kehidupan religius ini juga mereka terapkan
dalam kehidupan sehari-hari? Percaya atau
tidak, jawabannya: iya………. Amor
mengatakan kalo dia dan anak-anak
Purgatory lainnya bisa dibilang straight
banget sama agama. Baginya band itu cuma
sekadar alat buat ibadah. “Jadi, gue
ngeband sama halnya kayak gue ngejalanin
ibadah, syi’ar lah kalo bahasa
Islamnya,”sahutnya.

Oh iya, sekadar informasi, anak-anak
Purgatory ini rutin mengadakan pengajian 2
kali dalam seminggu. Dan mereka terbuka
juga buat siapa aja yang mau ikutan. Kurang
religius apa coba? Ombat juga mengaku
kalo dia dan personil Tengkorak lainnya saat
ini selalu berusaha ngejalanin perintah
agama. Sholat lima waktu, misalnya. Selain
itu, mereka juga menjauhi merokok, minum
alkohol, dan memakai narkoba.

kompasiana.com

Rabu, 14 Desember 2011

ILLUMINATOR, Komunitas Ilustrator Artwork Metal

TEMPO.CO, Bandung - Sejak
SMP, Syamsul Bahri, 33
tahun, telah menggilai musik
metal. Sampai sekarang,
penggemar band Jasad,
Forgotten, dan Burger Kill itu
masih suka datang ke konser
musik "bawah tanah" di
Bandung. Karyawan di
sebuah perusahaan konsultan
itu pun tertarik ke elemen
yang menempel lekat di band
metal, yaitu artwork. »Saya
masih belajar gambar
anatomi tubuh yang bagus,"
kata dia.
Di atas kertas gambar A3, ia
membuat sketsa sosok
zombie atau mayat hidup
bertubuh kurus. Aksi
makhluk itu seseram
wajahnya. Tangan kanannya
kokoh menggenggam gergaji
listrik, sedangkan tangan
kirinya menenteng kepala
orang. Gambar-gambar
serupa juga muncul dari
sketsa 20-an peserta
workshop desain dan
produksi merchandise band
metal. Mereka menggarap
tema berjudul Teologi atau
Ketuhanan.
Pelatihan pada Sabtu, 10
Desember 2011, itu diberikan
komunitas The Illuminator di
pendopo Common Room,
Jalan Kyai Gede Utama,
bersama dua dinas
Pemerintah Kota Bandung.
Materi yang diberikan mulai
dari riset artwork band
metal, sketsa, menggambar
dan mewarnai di komputer
dengan pen table, hingga
sablon gambar ke kaos.
Pelatihan itu menyambung
program Art School yang
pernah dirintis Illuminator
pada Juli 2011.
Pendirian sekolah tersebut
untuk menampung minat
para pengunjung pameran
karya-karya komunitas
Illuminator di Galeri Padi,
pertengahan 2010 lalu, yang
ingin bisa menggambar
artwork. Kelas menggambar
di daerah Cicukang, Ujung
Berung, itu sempat berjalan
tiga bulan dengan 20 orang
murid, dari kalangan pelajar
hingga pekerja. Namun
kemudian kelas berhenti di
tengah jalan karena belum
siap kurikulum dan
kontrakan rumah keburu
habis. »Padahal peminatnya
banyak, dari luar kota
Bandung juga tertarik ikut,"
kata Dinan, salah satu
pembentuk komunitas di
sarang musisi underground
Ujung Berung, Bandung, itu.
Illuminator berasal dari
gabungan kata ilustrator dan
terminator. Artinya,
penggambar yang ingin
menghancurkan batasan
dalam berkarya. Kelompok
seniman artwork itu dibentuk
oleh Didin Krisnaendy
Purwanda Supartawidjaya
alias Dinan, Ivan Nugraha
atau Ken Terror, serta
Gencuy yang bernama asli
Cucu Somantri pada 2009.
Karya para anggota
komunitas itu kini tak lagi
hanya dipesan untuk
pembuatan sampul album
band metal dan kaus bagi
para penggemarnya, tapi
juga dipakai untuk ilustrasi
buku, gambar pakaian, serta
tas.
Pemesan artwork tak cuma
dari Bandung dan kota-kota
yang punya band metal di
Indonesia. Dalam kurun lima
tahun terakhir, jangkauannya
sudah meluas ke kawasan
Asia Tenggara, hingga
Amerika dan Eropa. Di
antaranya untuk sampul
album Atribute to Metallica,
Disforia, Damagged, dan
Mortal Decay. »Transaksinya
bisa jual putus atau royalti,"
kata Dinan. Harganya
berkisar Rp 450 ribu hingga
jutaan rupiah. Hubungan
dengan band itu terbuka
lewat pemampangan karya di
blog pribadi atau jejaring
sosial Internet.
Pasar dan peminat karya
artwork terbuka lebar di
dunia maya. Lagi pula, kata
Dinan, sebuah band biasanya
jarang memakai artwork dari
seorang ilustrator terus-
menerus supaya ada
kesegaran dan kebaruan.
Beberapa kali, kata Dinan, ia
melimpahkan pesanan ke
ilustrator lain. Agar juga tak
kewalahan menerima
pesanan, Illuminator merasa
perlu menyiapkan
penggambar artwork baru
yang tidak langsung jadi,
melainkan lewat proses dari
dasar. »Syarat pertamanya,
dia harus menyukai musik
metal," ujarnya.
Gambar terbentuk dari deru
musik, tema lagu, atau
rangkaian lirik yang gelap,
beraroma kematian,
kemarahan atau teriakan
ketidakpuasan disertai
makian. Alhasil, gambar
artwork jadi tak lazim,
hingga berlawanan dengan
sosok sempurna. Sosok-sosok
fantasi dengan aneka wajah
dan tubuh rusak serta bengis
seperti zombie, malaikat
maut, atau penghuni neraka,
kerap menjadi tokoh,
misalnya pada peristiwa
pembantaian manusia.
Di kalangan pecandu musik
metal, gambar yang seram
dan sadis itu sudah terlihat
lumrah. Sejak dua hingga
tiga dekade silam, artwork
seperti itu misalnya telah
diusung band-band metal
dunia, seperti Manowar atau
Iron Maiden.
Bagi Addy Gembel, vokalis
band Forgotten, sadisme dan
ketelanjangan adalah
sesuatu yang puitis. Karena
ada sebuah metafora yang
coba dieksplorasi secara
detail melalui tubuh dan
aneka makhluk yang sengaja
diciptakan. Di sisi lain,
artwork juga bermakna
sebagai bentuk protes dan
kritik sosial. »Buat saya,
artwork juga untuk
mengingatkan hidup kita di
dunia dan di alam
selanjutnya," kata anggota
Illuminator, Yusep Sutrisna.
Di Bandung sendiri ada
fenomena menarik. Sejak
tragedi konser musik band
Beside di gedung Asia Africa
Culture Centre Jalan Braga
2008 lalu yang menewaskan
belasan penonton, banyak
band metal yang tiarap.
Mereka belum bubar, tapi
sulit berpentas karena
terganjal izin dari kepolisian,
hingga seret menggarap
album baru. Walau begitu,
kata Dinan, merchandise
kaus band-band metal lokal
bergambar artwork seharga
Rp 120-150 ribu sampai hari
ini selalu ludes diburu.
»Sekitar 10 distribution outlet
(distro) juga ikut memajang
karena barang selalu habis,"
kata vokalis band
Necromansy dan Sonic
Torment itu.
Kaus metal itu biasanya
hanya dibuat terbatas 100
potong. Keuntungan
penjualan dari penggemar itu
dipakai untuk menghidupi
band-band lokal berpentas di
dalam atau di luar negeri,
juga menggarap album baru.
Bentuk lain dukungan
komunitas bawah tanah
Bandung agar musik metal
tak mati, yaitu dengan cara
membanjiri konser yang
sudah terhitung jarang setiap
tahun. »Paling sedikit 40 ribu
penonton ada," katanya.
Komunitas Illuminator kini
tengah menggalang dana
untuk pendirian Saung Metal
di Cicukang, Ujung Berung.
Aksi jangka panjang, hingga
dua tahun, tersebut untuk
membeli tanah seluas 1,5
hektare. »Kami ingin
mendirikan tempat untuk
diskusi tentang musik metal,
belajar gambar artwork dan
kesenian tradisional, juga
galeri untuk komunitas
metal," ujarnya.
Dana yang dibutuhkan
sekitar Rp 2 miliar. Sejak tiga
pekan lalu tiap Ahad di Jalan
Dago, mereka membuka
kotak donasi yang boleh diisi
selembar uang Rp 2.000 dari
tiap penyumbang. Kotak itu
juga bakal diedarkan di
setiap konser musik metal. Ia
berharap komunitas metal di
Bandung yang tercatat
sebagai kelompok terbesar di
Asia Tenggara bisa
mewujudkan mimpi lama
para musisi underground itu.

Sabtu, 23 Juli 2011

Rock, Revolusi, dan Iwan Fals

iwan fals 07
image hosting


Perkembangan politik dalam
sebuah negeri tentu saja ikut
mempengaruhi perkembangan
sebuah scene dan iklim
bermusik para musisi di negeri
tersebut.
Sebut saja musisi Tanah Air
yang "vokal" menyuarakan
kegelisahan hati masyarakat
dan keadaan sosial politik
Tanah Air di masanya seperti
Iwan fals.
Lewat lagu-lagunya, ia
'memotret' suasana sosial
kehidupan Indonesia di akhir
1970-an hingga sekarang,
serta kehidupan dunia pada
umumnya, dan kehidupan itu
sendiri.
Kritik atas perilaku
sekelompok orang (seperti
Wakil Rakyat, Tante Lisa),
empati bagi kelompok
marginal (misalnya Siang
Seberang Istana, Lonteku),
atau bencana besar yang
melanda Indonesia (atau
kadang-kadang di luar
Indonesia, seperti Ethiopia)
mendominasi tema lagu-lagu
yang dibawakannya.
Selama Orde Baru, banyak
jadwal acara konser Iwan
yang dilarang dan dibatalkan
aparat pemerintah, karena
lirik-lirik lagunya dianggap
dapat memancing kerusuhan.
Pada awal kariernya, Iwan
Fals banyak membuat lagu
bertema kritikan pada
pemerintah. Beberapa lagu itu
bahkan bisa dikategorikan
terlalu keras pada masanya,
sehingga perusahaan rekaman
yang memayungi Iwan Fals
enggan atau lebih tepatnya
tidak berani memasukkan
lagu-lagu tersebut dalam
album untuk dijual bebas.
Belakangan Iwan Fals juga
mengakui kalau pada saat itu
dia juga tidak tertarik
memasukkan lagu-lagu ini ke
dalam album.
Pada April 1984 Iwan Fals
harus berurusan dengan
aparat keamanan dan sempat
ditahan dan diinterogasi
selama dua minggu gara-gara
menyanyikan lirik lagu
Demokrasi Nasi dan Pola
Sederhana juga Mbak Tini
pada sebuah konser di
Pekanbaru.
Sejak kejadian itu, Iwan Fals
dan keluarganya sering
mendapatkan teror. Hanya
segelintir fans fanatik Iwan
Fals yang masih menyimpan
rekaman lagu-lagu ini, dan
sekarang menjadi koleksi
sangat berharga.
Saat bergabung dengan
kelompok SWAMI dan merilis
album bertajuk SWAMI pada
1989, nama Iwan semakin
meroket dengan mencetak
hits Bento dan Bongkar yang
sangat fenomenal.
Perjalanan karier Iwan Fals
terus menanjak ketika dia
bergabung dengan Kantata
Takwa pada 1990 yang
didukung penuh oleh
pengusaha Setiawan Djodi.
Konser-konser Kantata Takwa
saat itu sampai sekarang
dianggap sebagai konser
musik yang terbesar dan
termegah sepanjang sejarah
musik Indonesia.
Tidak seluruh album yang
dikeluarkan Iwan Fals berisi
lagu baru. Pada tahun-tahun
terakhir, Iwan Fals sering
mengeluarkan rilis ulang lagu-
lagu lamanya, baik dengan
aransemen asli maupun
dengan aransemen ulang.
Pada tahun-tahun terakhir ini
pula Iwan Fals lebih banyak
memilih berkolaborasi dengan
musisi muda berbakat.
Banyak lagu Iwan Fals yang
tidak dijual secara bebas.
Lagu-lagu itu menjadi koleksi
ekslusif para penggemarnya
dan kebanyakan direkam
secara live.
Beberapa lagu Iwan Fals yang
tidak dikomersialkan seperti
lagu Pulanglah yang
didedikasikan khusus untuk
almarhum Munir ternyata
sangat digemari yang akhirnya
direkam ulang dan
dimasukkan ke dalam "50:50"
yang beredar pada 2007.

Selasa, 05 Juli 2011

Inilah Yang Bakal Jadi Headliners Rock In Solo 2011

DEATH ANGEL !



Background information

Origin
San Francisco Bay Area,
California, United States

Genres
Thrash metal, speed metal,
heavy metal

Years active
1982–1991
2001–present

Labels

Enigma, Geffen, Nuclear Blast
Associated acts
Big Shrimp, The Organization,
Swarm

Members

Mark Osegueda
Rob Cavestany
Ted Aguilar
Will Carroll
Damien Sisson

Past members

Andy Galeon
Gus Pepa
Dennis Pepa
Sammy Diosdado

Death Angel is a Filipino-
American thrash metal band
from Concord, California,
initially active from 1982 to
1991 and again since 2001.
Death Angel has released six
studio albums, two demo
tapes, one box set and two
live albums.
Two independent releases,
The Ultra-Violence (1987) and
Frolic Through the Park (1988)
, attracted the attention of
Geffen Records, who signed
the quintet in 1989, and
released their next album, Act
III, one year later. While
Death Angel was touring in
support of Act III, drummer
Andy Galeon was injured in a
tour bus accident, needing
more than a year to fully
recover. This resulted in the
band's break up in 1991.
However, Death Angel
reformed in 2001 (without
original guitarist Gus Pepa) at
the Thrash of the Titans
benefit concert for Testament
singer Chuck Billy. The band
continues to record and
perform today.

Jumat, 17 Juni 2011

Ayo Bajak Musik Indonesia !

2706040178 6a7bcf8c7e
image hosting



Dari survei yang dilakukan
Heal Our Music terhadap 11
pemuda berusia 15-25 tahun
diketahui bahwa 53 persen
lebih memilih mengunduh
secara gratis, dan hanya 40
persen setuju untuk
membayar dengan sejumlah
dana yang sesuai.

Diatas adalah secuplik kutipan dari sebuah artikel di situs berita internet. Berjudul 'musik indonesia di ambang kehancuran'.

Menurut ane bukan lagi 'di ambang' namun 'sudah' hancur. Seharusnya seniman musik Indonesia saat ini bersyukur dg adanya pembajakan ini. Karena 'promosi' gratis dari penyebaran lagu ilegal ini.

Saat ini jarang ada artis yg membuat album,karena mereka lebih suka membuat single dan menjualnya sbg RBT,terlebih musik yg ditawarkan rata-rata seragam,atau mirip antara satu dg yg lainnya. Jujur saja ane sendiri gak bisa ngebedain band2 pop melayu di Indonesia dan gratis pun ane ogah ngoleksi lagu-lagunya.

Jadi,dg kualitas musik macam itu kenapa jg harus ambil pusing dg pembajakan,wong dijual sbg album pun belum tentu laku dan terkenal. Ane sendiri menyediakan lagu ane malah supaya dibajak n tersebar tanpa harus repot promo kesana-kemari.

Sebagai catatan, Heal Our Music ini disponsori oleh produser,bukan seniman. Seniman sejati mengutamakan karyanya dikenal,sedangkan soal materi adalah efek domino setelah terkenal.

So,perbaiki dulu kualitas baru bicara materi. Kalau ingin kaya jangan jadi seniman,jadilah koruptor ! Huahahahaaa..

Jumat, 13 Mei 2011

METAL : Gaya-gayaan Atau Idealisme ?


Ane menulis kali ini karena tergelitik setelah jalan-jalan di dunia maya atau blogwalking kemaren. Yang ane dapet kebanyakan tentang metal (baca : musik underground) adalah ulasan bernada miring dan lebih banyak sorotan bernada negatif.

Nah,ane disini mau sedikit mengklarifikasi tanggapan-tanggapan tersebut kalo gak mau dibilang membela diri.

Pertama adalah soal penyebutan nama,orang masih kerap menyebut musik jenis ini sebagai 'underground'. Padahal sebutan macam ini tidak lagi dipakai oleh kalangan anak-anak metal karena sangat berbau subversif ala orba. Kala itu memang musik-musik keras biasa bergerak secara diam-diam atau di bawah tanah karena rezim orba sangat represif dengan musik-musik berbau perlawanan. Oleh karena itu setelah tumbangnya orba,musik jenis ini dapat mulai berkembang dan muncul di permukaan sejajar dg jenis musik mainstream lainnya dan genre-genre baru bermunculan seiring makin majunya teknologi dan informasi. Cukup dg menyebut nama 'metal' itu sudah mencakup segala jenis sub-genre dari musik ini.

Kedua.
Idealisme identik dengan indie label. Tentu tidak, kita bisa mengambil contoh PASBAND. Mereka berawal dari indie namun tidak kehilangan idealisme saat dipinang oleh sonymusic. Ane sendiri juga oke kalo masuk majorlabel tapi ROADRUNNERRECORDS atau NuclearBlast ! hehehe serius amat bacanya.. Lanjut !

Ketiga.
FPI bilang musik metal kepanjangan tangan dari zionis menurut lirik-liriknya. Aduh ini ngaco lagi. Kemaren ane udah posting soal FPI mendukung gerakan underground dg merangkul dedengkot-dedengkot metal supaya menyebarkan syiar agama melalui musiknya. Tanpa hal semacam itupun kita tahu Purgatory yang sering disebut sebagai metal islami pun sudah melakukannya. Lagipula lirik tidak selamanya mengandung arti harfiah,dg kata lain kita tidak bisa menginterpretasikan sebuah lagu berdasarkan penalaran yg sepenggal-penggal. Ambil contoh 'Forgotten' band blackmetal asal Bandung ini punya lagu berjudul 'tuhan telah mati' namun dalam prelude album sudah dijelaskan bahwa Tuhan disini adalah harta,tahta,dan wanita bukan Tuhan dalam arti yg sebenarnya.

Dalam segi lirik untuk band-band Indonesia ane pikir lebih ke arah gugatan politik,sosial, dan budaya seperti dukungan kepada salah satu klub sepakbola misalnya. Bukan ke arah penyembahan berhala apalagi memuja setan ! Negeri ini udah cukup klenik tanpa harus memanggil setan ke atas panggung bung !

Keempat.
Simbol,logo dan atribut. Di blog 'sebelah' ada yg pernah bikin ulasan kenapa anak-anak remaja suka dandan aneh-aneh ala Punk. Ditanya oleh penulis 'karena ikut-ikutan temen mas' jawab anak tersebut. Kemudian disimpulkan oleh penulis bahwa metal hanya tren semata tanpa adanya idealisme.

Mungkin beliau lupa,di negeri ini metal masih minoritas bung dan yg ditanya hanyalah abg yg belum paham tentang idealisme. Tren metal itu pada masa jayanya metalica dan sepultura, saat ini anak-anak abg lebih suka dandan ala 'skater' alay ! Nah,untuk atribut dan cara berpakaian gak selalu menandakan bahwa mereka anak metal. Jaman dulu Rhoma Irama atau A.Rafiq suka berdandan ala Led Zeppelin,KISS atau Elvis Presley tapi mereka penyanyi dangdut kan ? Sekarang pun penyanyi-penyanyi dangdut suka dandan ala rocker dg rantai menjuntai di pinggang mereka,yg cowok loh kalo yg cewek sih ane no comment dah . . Hahahaha..

Simbol pentagram dan pemujaan angka 666

Ente pasti aneh kan kalo liat metal pake simbol BMW atau angka 5758 (maju mapan) ? Nah, musikus metal itu juga sama dengan seniman yg lain. Butuh totalitas ! Seperti halnya pemain sinetron yg menghayati perannya sebagai antagonis,perlu atribut atau simbol sbg tanda. Just for fun !

Bukan cuma untuk gaya namun lebih kepada gugatan kepada kemapanan kapitalis yg menginginkan semua seragam. Kita juga ingat bagaimana orde baru men-cap orang-orang berambut gondrong,telinga bertindik dan tubuh penuh tato sebagai PENJAHAT. Itu karena mereka tidak paham sejarah budaya nusantara yg dulunya merupakan bangsa pesolek bahkan hingga kini masih dijumpai suku-suku dayak yg mentato seluruh tubuh mereka sebagai simbol di tatanan masyarakat mereka.

The conclusion is : jati diri bangsa tidak akan pupus hanya karena musik metal. Namun sebaliknya,musik metal membawa misi yg jauh lebih kompleks ketimbang pop 'menye-menye' yg merupakan produk murni kapitalisme yg semu.

Kelima.
Anti-kemapanan. Yang ini lebih kacau lagi. Siapa bilang ? Justru hanya orang-orang yg mapan yg terjun di dalamnya. Kenapa ? Atributnya mahal gan ! Sebuah cincin besi berkepala tengkorak abal-abal aja harganya bisa nyampe rp.25 ribu,kaos item paling murah buatan lokal 65 ribu perak. Kalo gak mapan mana kuat jadi anak metal. Belum lagi kebutuhan bermusik. 1 set gitar paling murah 1 juta bisa dibayangkan berapa uang keluar buat 1 set instrumen seluruh anggota band ! Jikapun harus latihan di studio 1 jam paling murah 14 ribu perak itu belum tambah double pedal dan efek synthesizer apalagi kalo muzti manggung dan butuh latihan berjam-jam..huft.

Hasilnya ? Puas !
Itu aja ? Iya !
Jangan harap terkenal mengusung aliran ini. Paling banyak cuma ngeluarin modal doang.

Itulah sekelumit susahnya jadi anak metal. Cuma jadi penggemar pun butuh modal untuk nonton konser. Gak pernah denger kan kasus segerombol anak metal merampok untuk biaya konser ? Itulah makanya ane bilang susah jadi anak metal kalo gak mapan.
Belum lagi stigma buruk dari masyarakat,coba simak para fans 'DOWNFORLIFE' menyebut dirinya 'pasukan babi neraka' ! Hehehe,siapa juga yg mau dg sukarela masuk neraka. Juga lagunya 'Lambofgod' : 'walk with me in hell' ! Sekali lagi,inilah totalitas ! Kegarangan hanya untuk pentas panggung dan hiburan setelah penat oleh rutinitas sehari-hari.

Udah ah,ane cukup kan aje ampe disini,ntar ente puyeng lagi kalo kepanjangan.

Let's rock the world peacefully without drugs infault !

add to any

Share