Kamis, 12 Mei 2011

FPI Mendukung Gerakan Underground

Belum lama Media Asing “Al-
Jazeera” memunculkan berita
tentang Dewan Revolusi Islam
(DRI) hingga menghebohkan
seantero nusantara, berita
tersebut meyakinkan bahwa
Front Pembela Islam (FPI)
berada dibalik rencana kudeta
yang matang, parahnya juga
dikait-kaitkan dengan Tragedi
Ahmadiyah belum lama ini
terjadi di berbagai wilayah di
Indonesia yang sangat
menyudutkan FPI.
Namun belum lama berita itu
berselang, senin lalu (21/3)
Media Portal Asing “The
Jakarta Post” kembali memuat
berita palsu tentang
pergerakan FPI ke dunia musik
undergrounddisaat publik
masih panas dengan
kampanye Pembubaran
Ahmadiyah, yang memang
didominasi oleh gerakan
ormas-ormas Islam seperti FPI.
Berita inidinilai sebagai berita
fitnah yang sangat
menyesatkan umat.
Berita yang berjudul “FPI sets
its eyes on underground
music” yang di muat di
halaman HEADLINES cukup
menarik perhatian publik,
dengan menuduh FPI yang
berniat mengadakan
perlawanan terhadap musik
underground yang membuat
munculnya beragam
pernyataan, tudingan,
kecaman, pro dan kontra,
tidak lama setelah berita ini di
publish ke dunia maya.
Melalui berita ini pula banyak
sekali anggota komunitas
underground menjadi salah
paham dan mengambil
kesimpulan bahwa FPI akan
membubarkan komunitas
Underground.
Dituliskan bahwa anggota
senior FPI yang dinilai sebagai
ahli musik Islam, yang
bernama Budi Fahri Farid
menduga adanya gerakan
mengaburkan ajaran Islam
dengan berbagai aliran musik
underground.
Padahal nyatanya, setelah
ditelusuri lebih dalam,
sepanjang Struktur Organisasi
DPP – FPI dari dulu hingga kini
tidak pernah ada yang
bernama Budi Fahri Farid ahli
musik Islam seperti yang
disebutkan. Hal ini menguak
kenyataan bahwa berita yang
diangkat “The Jakarta Post”
adalah fiktif dan menyudutkan
dengan menuliskan bahwa FPI
akan mengincar pembubaran
dunia musik underground.
DPP – FPI memang
mengadakan seminar
mengenai realita perang
pemikiran di komunitas musik
underground, seminar ini
berlangsung saat pengajian
rutin rabu malam (16/3), di
Majlis Ta’lim Silaturahmi Al-
Jabhah yang bertempat di
Masjid Al-Ishlah Jl.
Petamburan Raya 3 Tanah
Abang, Jakarta Pusat.
Namun seminar ini bukan
bermaksud untuk mengajak
umat untuk memberikan
perlawanan terhadap musik
underground, seperti yang
dituliskan “The Jakarta Post”.
Justru sebaliknya, yang
disampaikan dalam seminar
ini adalah sejumlah paparan
informasi bahwa musik
underground saat ini sebagian
didominasi oleh intrik Zionis
namun hal ini juga menjadi
pemicu beberapa komunitas
musik underground untuk
bangkit dan berbalik melawan
konspirasi Zionis lewat musik
underground.
Dalam seminar ini
menghadirkan pembicara dari
Komunitas GHURABBA
MILITANT TAWHEED, sebuah
komunitas musik underground
yang menjadikan musik
sebagai sarana dan alat
dakwah untuk menyampaikan
Islam ke para penggemar
musik cadas di komunitas
tersebut, yang dipelopori oleh
band Rock indie label The
Roots Of Madinah. Pembicara
tersebut adalah Thufail Al-
Ghifari salah satu rapper yang
cukup dikenal di komunitas
underground dan hiphop local
sekaligus vokalis dari band
The Roots Of Madinah.
Thufail Al-Ghifari mengupas
tuntas mengenai musik
underground yang pada
awalnya lahirnya bertujuan
sebagai kontra kultur dalam
industri musik mainstream
yang telah banyak
berkembang, namun saat ini
aliran musik ini justru
ditunggangi oleh Zionis
dengan menjauhkan pemuda-
pemuda dari sendi kehidupan
agamanya melalui
pengidolaan figur-figur yang
kontra islam, dan syair syair
lagu yang mendoktrin
pemahaman kontra islam.
“Para musisi ini kebanyakan
menjalankan misi Zionis tanpa
mereka sadari. Kita tidak bisa
mengatakan bahwa anak
underground itu sesat, atau
anak underground itu agen
zionis karena konspirasinya
tidak terletak pada subjek tapi
adapada lirik yang
disampaikan oleh musik –
musik yang kebanyakan
membawa ideologi dan pesan
terselubung yang akhirnya
menjadi gaya hidup dan
perlawanan terhadap apa
yang sering kami sebut
kemapanan,” ujar Thufail.
Thufail juga menduga
beberapa dari kutipan lirik
yang ada di dalam musik-
musik underground saat ini,
antitesis dunia tanpa agama,
tanpa negara dan tanpa
ideologi yang murni
merupakan pesan Zionis. Dan
aspek lainnya yang mencoba
menggiring para pemuda
Muslim untuk menjauh dari
agama mereka melalui musik.
Sama halnya dengan
Muhammad Hariadi Nasution
yang juga dikenal dengan
panggilan “Ombat” vokalis
dari band kawakan
TENGKORAK, juga mengutip
pernyataan seorang peneliti
yahudi bernama Jeremiah
Walah, yang memang sangat
concern melakukan penelitian
terhadap watak dan psikologi
masyarakat Indonesia.
Jeremiah Walah justru
mengatakan secara terbuka
kepada Ombat bahwa untuk
menghancurkan Indonesia
tidak perlu menggunakan
senjata, hancurkan saja para
generasi mudanya. Melalui
musik metal dan film porno.
“Kalau kita menemukan anak
metal lebih tersinggung ketika
aliran metalnya dihina
daripada agamanya, nah
itulah bukti bahwa disini ada
agenda zionis” kutipan
pernyataan Ombat dari
investigasi FPI di belakang
panggung acara konser musik
Approach Deen Avoid Sin di
Bulungan pada tahun 2010.
Sejauh ini gerakan komunitas
musik underground seperti
GHURABBA MILITANT
TAWHEED juga tidak sendirian,
sebelumnya telah muncul pula
beberapa komunitas lainnya,
seperti Berandalan Puritan,
Salam Satu Jari (One Finger
Underground Movement) yang
digawangi Band Senior
TENGKORAK yang beraliran
musik Grindcore Metal, ada
juga PUNK MUSLIM yang
digawangi Almarhum Budi
Choiruni alias Buce yang
berkonsentrasi pada anak-
anak punk di sekitaran Blok M
dan Senayan, dan gerakan
lainnya yang mulai
bermunculan satu persatu
sebagai perlawanan kultur
Zionis dalam musik
underground.
Komunitas Salam Satu Jari
Bahkan lebih frontal
mengubah salam metal yang
identik dengan tiga jari
menjadi salam tawheed satu
jari yang bermakna satu jari
lebih kepada ketauhidan. ”Inti
dari Salam satu jari ini adalah
untuk mengingatkan kita
kepada simbol Tawheed”
begitu penjelasan Madmor
vokalis band Purgatory yang
kami dapat disela sela
dokumentasi wawancara
mereka disebuah acara
konser musik Java Rock In
Land di Indonesia.
Menurut Thufail hanya dengan
cara inilah mereka bisa
menyadarkan kaum muda
yang berkecimpung dalam
dunia underground dari segala
pengaruh buruk. Bila suara
pemuka agama tidak lagi
didengar, sudah saatnya
mereka sendiri yang harus
bergerak. ”Sebenarnya wadah
underground ini hanya bagian
dari strategi perang ideologi
melalui musik menjadi wadah
untuk melawan sekaligus
membangun pertahanan
kultur untuk menandingi
perang budaya yang ingin
menggeser generasi islam dari
nilainilai Islam itu sendiri,”
tambahnya lagi.
Dalam kesempatan lain,
perwakilan dari FPI Ustadz
Tarmidzi, juga sudah
menerima silahturahim dari
perwakilan band – band senior
dari komunitas Underground.
Seperti Fahmi yang
merupakan salah satu
personel dari band Mortus.
Menurut pengakuan Fahmi
sendiri, kehadiran dia juga
mewakili komunitas studio
Bendera Kuning yang didirikan
oleh salah satu personel band
Underground senior Betrayer.
Fahmi sudah mendapatkan
penjelasan langsung bahwa
tidak ada rencana
pembubaran Underground
dari FPI.
Ustadz Tarmidzi menjelaskan
bahwa semua itu hanyalah
berita palsu dan tidak
memiliki dasar yang kuat,
mulai dari nama Budi Fahri
Farid hingga Isu pembubaran
dunia musik Underground
adalah bohong.
“FPI tidak memerangi
underground, yang FPI perangi
adalah kemaksiatan. Dimana
ada pornografi, alkoholik, dan
ide ide liberalisme lainnya,
maka FPI akan konsisten
melakukan perlawanan
minimal mensupport siapa
saja yang melakukan
perlawanan terhadap hal hal
seperti itu, jadi isu FPI akan
membubarkan Underground
adalah berita bohong”
ujarnya.
“Jika anda muslim maka anda
tidak perlu takut terhadap
gerakan dakwah ini” begitulah
pernyataan Fahmi dari band
Mortus diakhir dari
silahturahim beliau yang
disambut hangat oleh
perwakilan FPI dan juga
komunitas underground
muslim.
Begitu juga halnya dengan
Wasis Ws, Aktivis dakwah
jalanan yang juga merupakan
underground senior Jakarta
mengingatkan bahwa semua
civitas dunia underground
lebih baik menanyakan
langsung ke DPP FPI tentang
fakta yang sebenarnya,
daripada mengikuti alur bola
salju yang di lemparkan oleh
segelintir orang yang inti
sebenarnya adalah mereka
tidak ingin dakwah Islam
masuk ke dunia underground.
“Gue kenal Ombat, Thufail
hingga Purgatory udah lama,
bahkan senior metal seperti
Irfan Rotor sembiring gue
kenal. Dakwah underground
ini sudah ada sejak zaman
Rotor. Sekarang masalahnya
apa yang dirintis oleh Irfan
Rotor seperti gayung
bersambut, kini banyak cucu-
cucu dari band rotor malah
semakin berani meneriakkan
Islam, harusnya kita yang
muslim bangga bukan justru
menghalangi laju gerakan ini.
Gue justru salut, dan civitas
pengamen jalanan sangat
mensupport kehadiran orang –
orang seperti ini. Dulu gue
jarang ngeliat pengajian di
jalanan, tapi pas gue ketemu
yang namanya Punk Muslim.
Anak – anak jalanan justru
bisa ngerasain belajar Al
Qur’an di pinggir trotoar, di
samping terminal sampai
sholat isya berjamaah di
sebuah acara underground”
ujar Wasis.
Wasis juga menyakinkan
bahwa isu pembubaran
Undeground oleh FPI itu
adalah berita fiktif dan tidak
bertanggung jawab. Sama
seperti yang dinyatakan oleh
Luthfi ketua komunitas Punk
Muslim generasi kedua
setelah Almarhum Buce.
“Sebenarnya isu ini digulirkan
di dunia maya, kita semua
tahu bahwa dunia maya itu
dunia fitnah. Anak – anak
pengamen dan punkers
disekitar pulo gadung hingga
bogor justru banyak yang
senang dengan kehadiran
pengajian pengajian ke
lingkungan mereka, di Blok M
kami sering membuat acara
buka puasa bersama hingga
maulid, sepertinya semua
senang dengan kehadiran
Islam dan tidak ada masalah”
ujar Lutfhi.
Kehadiran komunitas Punk
Muslim, Ghurabba Militan
Tawheed, Salam Satu Jari (One
FingerUnderground
Movement), Berandalan
Puritan dan lain sebagainya
terbukti merupakan titik
revolusi puncak dari
perlawanan terhadap kultur
kontra Islam didalam dunia
musik underground. Namun
setelah revolusi, tetap harus
ada bab lanjutan dimana
dakwah harus terus bermuara
pada pembinaan – pembinaan
keislaman. Dari situlah FPI
menjadi tertarik untuk
mengundang perwakilan dari
dunia underground muslim ini
untuk memaparkan secara
singkat efek dari pergeseran
budaya dan pemikiran yang
terjadi karena musik musik
barat yang masuk ke
Indonesia.
Dan melalui sebuah film
dokumenter berjudul Global
Metal, kami memang melihat
fakta yang jauh dari perkiraan
kami, bahwasanya liberalisme,
sekulerisme,atheisme,
agnostik, pornografi, alkoholik
danbudaya kebebasan yang
berbeda dengan jati diri
bangsa Indonesia justru
banyak ditularkan melalui
pergaulan hedonisme
disebagian komunitas
Underground ini.
Underground memang tidak
sesat, namun setiap oknum
dan pelaku penyebaran
doktrinasi dari hal hal yang
bertolak belakang dengan
Islam tetap harus ditindak,
minimal dibangun kontra
kulturnya. Suatu hal yang
mengagumkan kami
menemukan banyak anak –
anak dengan keterbatasan
ilmu justru telah berani
‘memasang badan’ untuk
melawan laju monster budaya
yang merupakan bagian dari
agenda zionis internasional ini.
Yang perlu diluruskan adalah,
FPI memang tidak akan
pernah membubarkan dunia
musik underground. Jadi
pemberitaan yang dimuat
harian ‘The Jakarta Post’
terkait FPI dan Dunia Musik
Underground adalah tidak
benar. Untuk selanjutnya
diharapkan hal serupa tidak
terulang kembali. [adie/fpi]
fpi.or.id
Sumber : fpi.or.id

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Sesama METALHEADS wajib saling berbagi pengetahuan, berikan komentar kalian sebagai tambahan ilmu. Hellyeaach !!!

add to any

Share